Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sekte Akhir Zaman Uganda, Bakar Habis 700 Pengikutnya

Kompas.com - 17/03/2020, 21:05 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Mwerinde akan merespons pertanyaan yang diajukan padanya dengan jawaban tertulis.

Ariho, 41, bergabung dengan sekte itu bersama keluarganya ketika dia berusia 10 tahun.

Ibunya yang seorang janda berjuang untuk membesarkan tiga anak, yang salah satunya menderita sakit kepala terus menerus.

Kelompok Kibwetere menawarkan doa dan rasa saling memiliki, katanya.

Komunitas, yang mencoba memenuhi kebutuhan mereka secara mandiri itu, akan merekrut seluruh keluarga, dan menyediakan setiap kebutuhan mereka.

Para anggota menanam makanan mereka sendiri, mengelola sekolah, dan menggunakan keterampilan mereka untuk menyumbangkan tenaga.

Keluarga Ariho menjadi tuan rumah cabang gereja itu dengan sekitar 100 anggota di kompleks mereka, sekitar dua kilometer di luar kota Rukungiri.

"Hidup kami berputar di sekitar doa, meskipun kami juga bertani," katanya.

"Kami melakukan segala yang mungkin untuk menghindari dosa. Terkadang, jika Anda berdosa, mereka akan memerintahkan Anda untuk membaca rosario [permohonan kepada Tuhan] 1.000 kali.

Baca juga: Bareskrim Dalami Kasus Sekte Penghapus Utang UN Swissindo

"Kamu harus melakukannya, dan juga meminta teman dan keluarga untuk membantu, sampai kamu menjalani hukumanmu."

Pengabdian kepada gerakan itu secara teratur mengharuskan pengikut berziarah ke bukit berbatu yang curam.

Setelah melakukan perjalanan yang keras melalui hutan eucalyptus dan bergantungan di atas batu, mereka akan mencapai batu yang mereka yakini menggambarkan Perawan Maria.

Saat kami berjalan melewati desanya, dia menunjuk ke rumah-rumah tetangga terdekat.

"Di sana, mereka kehilangan seorang ibu dan 11 anaknya, dan di rumah itu, seorang ibu dan delapan anaknya meninggal juga," katanya, mengalihkan pandangannya ke tanah.

Ariho belum melakukan perjalanan ke Kanungu karena pada tahun 2000 dia menikah dengan seseorang dari sebuah keluarga yang bukan bagian dari gerakan itu.

Tapi, dia ingat bahwa para pemimpin mengatakan mereka mahatahu.

Mereka mengatakan bahwa Mwerinde dan Komuhangi tampaknya menyadari setiap dosa yang telah dilakukan oleh para pengikut.

Ketika seorang pengikut melanggar aturan, kedua wanita itu akan meneteskan air mata darah, katanya.

Baca juga: Polisi Amankan 12 Anggota Sekte Kerajaan Ubur-Ubur di Serang

Tetapi, tampaknya para pemimpin sekte mungkin sudah terlibat dalam pembunuhan dan penyiksaan sebelum pembantaian terakhir.

Di Kanungu, ada banyak lubang yang lebar dan dalam di mana puluhan mayat, diduga telah dibuang selama beberapa tahun, ditemukan beberapa hari setelah kebakaran.

Di bagian belakang dari apa yang tampak seperti gedung kantor yang hancur, ada dua lubang lagi, yang disebut sebagai ruang penyiksaan. Lubang-lubang itu juga ditemukan di dekat cabang-cabang lain dari gereja.

Apa yang mengubah anggota masyarakat biasa menjadi pemimpin sekte, masih belum jelas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com