Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menilik Potensi Kolaborasi Indonesia dan Korea Selatan sebagai Negara "Middle Power"

KOMPAS.com - Indonesia terbilang cukup vokal dalam berbagai forum global sebagai negara middle power atau negara dengan kekuatan menengah.

Posisi yang kuat sebagai negara middle power pun turut ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo dalam pidato sidang Tahunan MPR, DPR, dan DPD RI di Kompleks Parlemen, Senayan, pada Rabu (16/8/2023).

Adapun negara middle power berada di tengah-tengah dan tidak termasuk negara adikuasa (great power) seperti Amerika Serikat, China, dan Rusia.

Kendati cukup vokal di berbagai forum global, Indonesia dinilai perlu menetapkan tujuan yang lebih tinggi untuk memperkuat posisi sebagai negara middle power.

"Indonesia seharusnya mulai menetapkan tujuan yang lebih tinggi. Tidak hanya sebagai (negara) middle power, tapi kapabilitasnya perlu diperkuat. Harus melihat aspek-aspek diplomasi yang perlu diperkuat lagi," ungkap dosen Universitas Airlangga sekaligus Program Coordinator for FPCI Middle Power Studies Network, Raditya Dharmaputra dalam workshop bertajuk "Indonesia and Korea Middlepower-ship in a Changing World" di Jakarta, Jumat (8/12/2023).

Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah menguatkan relasi dengan sesama negara middle power, seperti Korea Selatan.

Momentum 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Korea Selatan yang jatuh pada 2023 kemarin bisa menjadi waktu yang tepat untuk melihat kembali kolaborasi kedua negara dalam sejumlah aspek, termasuk memperkuat posisi sebagai negara middle power.

Namun, menurutnya perbedaan pandangan dalam beberapa hal perlu dilihat kembali, baik antar-kedua negara maupun dengan negara-negara middle power lainnya, sehingga memiliki landasan bersama.

Indonesia, kata Radityo, perlu lebih fokus terlebih dahulu menyelesaikan isu regional.

"Ada diskusi misalnya Indonesia jadi mediator Rusia dan Ukraina, tapi ada isu konflik Myanmar yang sebetulnya belum terselesaikan," ucapnya.

Jadi, masalah regional sebetulnya perlu diselesaikan terlebih dahulu, baru yang lebih jauh.

"Sebab, jika kita mencoba menggapai yang terlalu tinggi, bisa lupa posisi sebagai middle power, maka kerja-kerjanya menjadi tidak berhasil. Kita mungkin saja dilihat sebagai salah satu global leader, tapi jadinya tidak performed," jelas Radityo.

Kekuatan soft power

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Asisten Profesor di Departemen Cross Cultural and Regional Studies University of Copenhagen, Jin Sangpil.

Baik Radityo maupun Jin menilai, potensi kolaborasi baik antara Indonesia dan Korea Selatan maupun dengan negara middle power lainnya harus dipikirkan dalam beberapa tahun ke depan dan memerlukan upaya untuk membangun landasan bersama.

"Tidak cuma untuk Indonesiam dan Korea Selatan, tetapi juga negara-negara lain di dunia. Kita harus mencari tahu dalam beberapa tahun ke depan. Karena membangun ini butuh proses jangka panjang," ucap Jin.

Potensi soft power bisa menjadi nilai yang sama-sama ditonjolkan oleh Indonesia dan Korea Selatan.

Didefinisikan oleh Lembaga Pertahanan Nasional RI, soft power adalah pendekatan yang lebih berkarakter inspirasional, yakni dengan berusaha menarik simpati pihak lain melalui kecerdasan emosional, karisma, komunikasi yang persuasif, daya tarik ideologi visioner serta pengaruh budaya.

Menurutnya, Indonesia memiliki soft power yang potensial, misalnya dari sisi budaya.

"Meskipun saya tidak berbahasa Indonesia, tapi saya bisa menyadari Indonesia adalah negara yang sangat menarik. Memiliki kultur berbagai agama yang kuat. Saya rasa itu posisi yang sangat baik untuk berkontribusi sebagai salah satu negara multikultur," tuturnya.

Selain dari budaya, industri hiburan dan kuliner Indonesia menurutnya juga bisa memainkan peran yang baik.

Ia mencontohkan, saat tinggal di Inggris dengan mudah menemukan mi instan merek Indonesia di supermarket lokal.

"Jadi kala saya orang Indonesia, saya akan cukup percaya diri terhadap potensi soft power Indonesia," sambung Jin.

Artikel ini ditulis oleh jurnalis Kompas.com, Nabilla Tashandra, sebagai peserta Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea 2023, yaitu program fellowship kerja sama Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

https://www.kompas.com/global/read/2024/01/07/150000470/menilik-potensi-kolaborasi-indonesia-dan-korea-selatan-sebagai-negara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke