Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Perubahan yang Terjadi di Inggris Selama 70 Tahun Pemerintahan Ratu Elizabeth

LONDON, KOMPAS.com - Dalam 70 tahun pemerintahan Ratu Elizabeth II, Inggris benar-benar mengalami banyak perubahan dari sosial, budaya dan ekonomi.

Setelah kematian Ratu Elizabeth II, sulit rasanya memikirkan raja lain yang memerintah dengan begitu banyak perubahan sepertinya, mengingat panjangnya waktu pemerintahan yang dia jalani.

Ini mungkin yang membuat kematiannya begitu signifikan dan berdampak bagi begitu banyak orang, termasuk untuk mereka yang tidak pernah menganggap diri mereka monarkis.

Di era perubahan dan perubahan yang konstan ini, Ratu Inggris seolah menjadi patokan yang konstan selama tujuh dekade. Sementara itu negara tempatnya memerintah sangat berubah pada 2022 dibandingkan pada 1952.

Sky News mewartakan data historis yang sekilas menunjukkan pergeseran tidak hanya dalam ekonomi, budaya, pasar tenaga kerja dan sistem energi, selama 70 tahun pemerintahan Ratu Elizabeth.

Perubahan populasi

Selama pemerintahan Ratu Elizabeth, jumlah populasi Inggris tumbuh sebesar 17 juta, dari lebih dari 50 juta pada 1952 menjadi lebih dari 67 juta pada 2021.

Peningkatan populasi Inggris terjadi dalam dua tahap, secara alami melalui kelahiran dan tidak alami melalui migrasi.

Pada 1950-an dan 60-an terjadi peningkatan besar "perubahan alami" (kelahiran dikurangi kematian), tetapi itu melambat pada 1970-an dan setelah itu tidak pernah pulih ke tingkat tahun 50-an dan 60-an.

Tingkat kesuburan Inggris turun pada 1970-an dan baru-baru ini mencapai level terendah dalam sejarah: hanya di bawah 1,6. Padahal pada 1960-an sempat terjadi ‘ledakan kelahiran’, dimana tiga anak dilahirkan per-wanita.

Sederhananya, orang-orang di Inggris tampaknya kini memiliki lebih sedikit anak.

Peningkatan populasi di paruh kedua pemerintahan Ratu dipengaruhi oleh dorongan migrasi.

Pada 1950-an, 60-an dan 70-an ada arus keluar orang-orang dari Inggris (brain drain). Lalu dari 1990-an dan seterusnya jumlah migran yang masuk ke negara itu secara dramatis melebihi jumlah yang pergi.

Banyak, tetapi tidak semua, dari orang-orang ini berasal dari Uni Eropa. Itulah yang menyebabkan perubahan budaya yang sangat besar di Inggris.

Pergeseran tenaga kerja

Dalam 70 tahun pemerintahan Ratu Elizabeth, terjadi juga pergeseran jumlah pria yang bekerja dan meningkatnya pekerja kantor di Inggris.

Proporsi perempuan yang bekerja meningkat secara dramatis, naik dari sekitar 40 persen pada 1950-an menjadi 74 persen dalam beberapa tahun terakhir.

Sementara itu, tempat kerja menjadi berkurang untuk laki-laki, dengan tingkat pekerjaan laki-laki turun perlahan dari 95 persen menjadi 84 persen.

Belum lagi melihat perubahan jenis pekerjaan yang selama puluhan dekade mengalami perubahan.

Pada 1952, sekitar 47 persen karyawan bekerja di apa yang dikenal sebagai sektor primer atau sekunder, seperti pertanian, pertambangan, manufaktur, dan konstruksi. Namun pada 2018, angka itu turun menjadi hanya 16 persen.

Inggris berubah dari yang ekonominya dulu hanya tentang membuat sesuatu (produksi), menjadi negara yang sepenuhnya didominasi oleh sektor jasa, pekerja kantor, pemasar, dan pengecer.

Perubahan tingkat kemakmuran

Seturut dengan perubahan yang terjadi dalam sektor ketenagakerjaan, selama pemerintahan Ratu Elizabeth, Inggris juga berkembang menjadi negara yang lebih kaya.

Pendapatan per kapita nasional Inggris naik tiga kali lipat dari 11.303 dollar AS pada 1952 menjadi 38.058 dollar AS pada 2018. Itu berdampak pada peningkatan yang serius dalam standar hidup Inggris, tetapi negara-negara lain nyatanya meningkatkan standar hidup mereka jauh lebih cepat.

Jika pada 1952, Inggris merupakan negara ketiga yang paling makmur di kelompok tujuh ekonomi industri terkemuka (menurut PDB per kapita), pada 2018 negara kerajaan ini berada di urutan keenam dari tujuh.

Dengan kata lain, secara absolut Inggris lebih baik, tapi secara relatif peringkatnya jatuh dibanding negara lain.

Pemicu penurunan ekonomi Inggris di dunia salah satunya akibat pelemahan poundsterling sejak 1952, yang dulunya mata uang cadangan dunia.

Pelemahan itu terjadi sebagai konsekuensi dari semakin sedikitnya negara yang ‘memasang Raja Inggris pada uang kertas dan koinnya’ (negara koloni atau persemakmuran). Jadi tidak semata-mata masalah kebijakan ekonomi politisi.

Devaluasi berulang ketika Inggris berjuang menarik investasi dan modal dan melewati krisis reguler pasca-perang. Dari devaluasi "pound in your pocket" Harold Wilson pada 1967 hingga bailout IMF 1976, Black Wednesday pada 1992, krisis keuangan 2008 dan referendum Uni Eropa.

Itu mengakibatkan nilai pound turun terhadap sebagian besar mata uang dunia, bahkan kini mendekati level terendah yang pernah.

Sumber energi yang lebih bersih

Kembali pada 1952, 96 persen yang listrik Inggris berasal dari pembakaran batu bara. Tetapi seiring berjalannya masa pemerintahan, ketergantungan pada bahan bakar fosil yang relatif kotor ini berkurang.

Pada 2021, penggunaan batubara dalam sistem kelistrikan Inggris sudah turun menjadi hanya 3 persen. Ini sebagian besar peralihannya terjadi terutama dengan penggunaan gas alam.

Pada 2021, gas menyumbang 41 persen dari sistem kelistrikan Inggris. Energi terbarukan - termasuk angin, matahari, dan pembangkit listrik tenaga air - menyumbang 14 persen.

Perubahan itu sedikit banyak mengubah “wajah” langit london yang pada 1952 diliputi asap perapian batu bara dan begitu banyak orang bekerja di industri, menjadi negara de-industrialisasi yang lebih bersih, dan lebih sehat dengan harapan hidup warganya (wanita saja) naik dari 67 pada 1952 menjadi 79 pada 2022).

https://www.kompas.com/global/read/2022/09/17/223200370/4-perubahan-yang-terjadi-di-inggris-selama-70-tahun-pemerintahan-ratu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke