Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menanti Presiden Baru Iran, Tokoh Garis Keras Diprediksi Menang

TEHERAN, KOMPAS.com – Iran bakal menggelar pemilihan presiden (pilpres) pada Jumat (18/6/2021).

Terdapat enam kandidat yang akan berkontestasi dalam pilpres Iran dan bakal menggantikan Hassan Rouhani yang telah menjabat sebagai Presiden Iran selama dua periode.

Keenam kandidat tersebut adalah Amir-Hossein Ghazizadeh, Abdolnaser Hemmati, Saeed Jalili, Mohsen Mehralizadeh, Ebrahim Raisi, dan Mohsen Rezaee.

Melansir AFP, Raisi yang berpandangan garis keras alias ultrakonservatif merupakan kandidat yang diperkirakan akan menggantikan Rouhani.

Di sisi lain, AFP melaporkan bahwa keriuhan di Iran menjelang pilpres tahun ini sangat rendah dan poster-poster calon presiden sangat jarang ditempelkan.

Sejak revolusi pada 1979, kekuasaan tertinggi Iran sebenarnya terletak pada pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei.

Namun, jabatan presiden tetap memiliki pengaruh yang signifikan pada berbagai kebijakan mulai dari industri hingga urusan luar negeri.

Aturan di Iran menyebutkan, seseorang yang menjadi presiden hanya boleh menjabat maksimal selama dua periode dengan masing-masing periode diatur selama empat tahun.

Pencapaian penting Rouhani adalah kesepakatan nuklir pada 2015 di mana Teheran bersedia membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.

Tetapi harapan bahwa Iran akan menuai keuntungan pupus pada 2018 ketika presiden AS saat itu Donald Trump membatalkan kesepakatan itu.

Tak cukup sampai di situ, Trump juga meluncurkan kampanye yang dia anggap sebagai tekanan maksimum untuk mengisolasi Iran secara diplomatik dan ekonomi.

Iran juga dihalangi oleh AS untuk menjual minyaknya dan berdagang dengan sebagian besar negara di dunia.

Negara berpenduduk 83 juta jiwa itu lantas terjerumus ke dalam resesi sementara Rouhani dan kubunya dikritik keras oleh kaum ultrakonservatif karena telah memercayai Barat.

Iran menyaksikan demo anti-pemerintah pada musim dingin pada 2017 hingga 2018 dan terjadi lagi pada November 2019.

Namun, rangkaian demo tersebut diredam dengan keras sebelum pandemi Covid-19 datang dan menghantam Iran dengan sangat keras.

Seruan untuk memilih

Jika tidak ada calon presiden yang mampu mengantongi ambang batas suara yang ditentukan, dua calon dengan suara terbanyak akan saling berhadapan dalam putaran berikutnya.

Apabila putaran kedua pilpres benar-benar terjadi, jadwal penyelenggaraannya sudah ditentukan pada 25 Juni.

Kampanye sebenarnya telah dimulai pada akhir Mei namun hanya ada sedikit keriuhan. Hanya ada beberapa poster kampanye yang terlihat di ibu kota Iran, Teheran.

Di sisi lain, pertemuan publik di Iran telah diredam oleh pembatasan sosial. Sejumlah pengamat memperkirakan, akan ada banyak pemilih yang memilih untuk abstain.

Pada pemilu legislatif tahun lalu saja, tingkat abstain di Iran mencapai 57 persen setelah ribuan calon yang sebagian besar berpandangan reformis atau moderat didiskualifikasi.

Bulan lalu, pers Iran telah memperkirakan akan terjadi pertarungan yang sengit antara Raisi melawan Ali Larijani, seorang konservatif moderat sekaligus penasihat Khamenei.

Namun, Dewan Wali menyisihkan Larijani dari daftar calon presiden sepekan sebelum pilpres. Larijani lantas menuntut penjelasan atas penyisihan tersebut.

Setelah Larijani disisihkan, para pengamat berpendapat bahwa calon presiden yang lain tidak akan menimbulkan tantangan yang serius kepada Raisi.

Di satu sisi, kelompok-kelompok oposisi di luar Iran berseru di media sosial untuk memboikot pilpres Iran.

Namun, Khamenei mendesak rakyat Iran untuk berbondong-bondong memberikan suara mereka sebagai bentuk perlawanan terhadap musuh-musuh Iran.

https://www.kompas.com/global/read/2021/06/16/113148470/menanti-presiden-baru-iran-tokoh-garis-keras-diprediksi-menang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke