Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Debat Pilpres AS, Trump Diminta Moderator Chris Wallace untuk Berhenti Menyela

CLEVELAND, KOMPAS.com - Setelah paruh pertama debat capres Amerika Serikat kacau, moderator Chris Wallace meminta Presiden Donald Trump untuk berhenti menginterupsi penantangnya, mantan Wakil Presiden Joe Biden.

"Tuan-tuan! Saya tidak suka meninggikan suara saya... Jadi, inilah kesepakatan kita memiliki enam segmen. Kita telah mengakhiri segmen itu, kita akan pergi ke segmen berikutnya.

Di segmen itu Anda masing-masing akan memiliki dua segmen tanpa gangguan. Dalam dua menit itu, Tuan Presiden, Anda dapat mengatakan apa pun yang Anda inginkan...

Saya pikir negara akan lebih baik dilayani jika kita mengizinkan kedua orang untuk berbicara dengan lebih sedikit interupsi. Saya memohon kepada Anda, Pak, untuk melakukan itu," kata Wallace.

Ketika Trump mencoba untuk membalas dengan menyatakan Biden telah memotongnya, Wallace menambahkan, "Terus terang, Anda telah melakukan lebih banyak interupsi daripada dia (Biden)."

Trump dan Biden sebelumnya telah menyampaikan pandangan masing-masing tentang pertanyaan terkait penanganan wabah virus corona, namun keduanya menggambarkan realitas yang sangat berbeda.

Ketika kedua capres ditanya tentang penanganan pandemi selama debat, Biden langsung menunjuk pada jumlah orang Amerika yang meninggal dan terinfeksi virus corona.

“Ketika dia dihadapkan dengan angka (korban) itu, (Trump) berkata, 'Itu (data) apa adanya.' Ya, memang begitu karena itulah diri Anda (merujuk pada keegoisan Trump).

Itulah mengapa demikian. Presiden tidak punya rencana. Dia belum mengatur apapun. Dia tahu sejak Februari betapa seriusnya (wabah) ini," kata Biden, merujuk pada wawancara Trump dengan jurnalis Bob Woodward di mana dia mengindikasikan bahwa dia ingin mengecilkan (bahaya) virus corona agar tidak menimbulkan kepanikan nasional.

Trump membalas Biden, "Anda tidak akan pernah bisa melakukan pekerjaan yang kami lakukan" menyindir penanganan flu babi semasa pemerintahan Obama, di mana Biden menjadi wakil presiden saat itu.

“Kita punya pakaiannya (APD). Kita punya masker. Kita membuat ventilator. Anda tidak akan (pernah bisa) membuat ventilator. Dan sekarang hanya tinggal beberapa pekan untuk mendapatkan vaksin. Kami sudah melakukan terapi dan sudah sedikit orang yang sekarat," kata Trump.

Presiden Trump juga menyalahkan China atas virus tersebut dan berpendapat bahwa pemerintahannya yang dianggap kurang berhasil dalam menangani pandemi adalah dampak dari pers yang mencitrakannya buruk.

"Aku akan memberitahumu, Joe, kamu tidak akan pernah bisa melakukan pekerjaan seperti yang kami lakukan. Kamu payah dalam hal ini. Kamu tidak akan pernah bisa melakukan itu, Joe," tambah Trump dengan sengit.

Trump kemudian mengemukakan rencana administrasi pemerintahannya untuk segera mendistribusikan vaksin virus corona setelah siap untuk digunakan.

Tapi Biden menolak, mempertanyakan mengapa orang Amerika harus mempercayai seseorang yang begitu sering berbohong.

“Ini adalah orang yang sama yang memberitahu kalian sebelum Paskah bahwa (virus) ini akan pergi. Dengan cuaca hangat, itu (virus) akan hilang, seperti keajaiban. Dan omong-omong, mungkin Anda bisa menyuntikkan sedikit pemutih ke lengan Anda," kata Biden.

Mendengar itu, Trump melakukan pembelaan bahwa ucapannya soal 'suntik pemutih' untuk tangani infeksi virus di awal tahun ini adalah ucapan 'sarkas'.

Namun, menurut cek fakta versi CNN, Trump kala itu tidak ada indikasi bahwa dia sedang tidak serius.

https://www.kompas.com/global/read/2020/09/30/101903270/debat-pilpres-as-trump-diminta-moderator-chris-wallace-untuk-berhenti

Terkini Lainnya

Harga Minyak Naik Usai Presiden Iran Meninggal

Harga Minyak Naik Usai Presiden Iran Meninggal

Global
Berduka, Hamas Puji Dukungan Ebrahim Raisi terhadap Perlawanan Palestina

Berduka, Hamas Puji Dukungan Ebrahim Raisi terhadap Perlawanan Palestina

Global
Siapa Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Tewas dalam Kecelakaan Helikopter?

Siapa Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Tewas dalam Kecelakaan Helikopter?

Internasional
Profil Mohammad Mokhber, Presiden Sementara Iran Pengganti Ebrahim Raisi

Profil Mohammad Mokhber, Presiden Sementara Iran Pengganti Ebrahim Raisi

Global
Biografi Ebrahim Raisi: Ulama, Jaksa, dan Politisi Iran Garis Keras

Biografi Ebrahim Raisi: Ulama, Jaksa, dan Politisi Iran Garis Keras

Global
Foto Terakhir Presiden Iran Ebrahim Raisi Sebelum Tewas Kecelakaan Helikopter

Foto Terakhir Presiden Iran Ebrahim Raisi Sebelum Tewas Kecelakaan Helikopter

Global
Apa yang Terjadi Setelah Presiden Iran Meninggal?

Apa yang Terjadi Setelah Presiden Iran Meninggal?

Global
Presiden Iran Ebrahim Raisi Terkonfirmasi Meninggal dalam Kecelakaan Helikopter

Presiden Iran Ebrahim Raisi Terkonfirmasi Meninggal dalam Kecelakaan Helikopter

Global
Pejabat Iran: Ebrahim Raisi Tewas Usai Helikopternya Menabrak Puncak Pegunungan

Pejabat Iran: Ebrahim Raisi Tewas Usai Helikopternya Menabrak Puncak Pegunungan

Global
Kronologi Penemuan Helikopter Presiden Iran yang Jatuh, IRCS: Tak Ada Jejak Korban Selamat

Kronologi Penemuan Helikopter Presiden Iran yang Jatuh, IRCS: Tak Ada Jejak Korban Selamat

Global
Lokasi Jatuhnya Helikopter Presiden Iran Ditemukan, Kondisi Heli Tidak Baik

Lokasi Jatuhnya Helikopter Presiden Iran Ditemukan, Kondisi Heli Tidak Baik

Global
Presiden Iran Ebrahim Raisi Dilaporkan Tewas dalam Kecelakaan Helikopter

Presiden Iran Ebrahim Raisi Dilaporkan Tewas dalam Kecelakaan Helikopter

Global
Prihatin Kecelakaan Helikopter Presiden Iran, China Siap Beri Dukungan dan Bantuan

Prihatin Kecelakaan Helikopter Presiden Iran, China Siap Beri Dukungan dan Bantuan

Global
Hubungan Israel-Mesir Memburuk Setelah Israel Duduki Perbatasan Rafah

Hubungan Israel-Mesir Memburuk Setelah Israel Duduki Perbatasan Rafah

Internasional
Raja Salman Infeksi Paru-paru, Sempat Nyeri Sendi dan Suhu Tinggi

Raja Salman Infeksi Paru-paru, Sempat Nyeri Sendi dan Suhu Tinggi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke