Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Awal Cengkeraman Silvio Berlusconi di Italia

Kemenangan Berlusconi sudah diprediksi sehari sebelumnya, karena dalam penghitungan awal tidak resmi ia jauh meninggalkan pesaingnya, Francesco Rutelli.

Saat itu, televisi pemerintah Italia RAI melaporkan, koalisi La Casa delle Liberta (Rumah Kebebasan) yang dipimpin Berlusconi diproyeksikan memenangkan 48-51 persen kursi parlemen.

Sementara itu Francesco Rutelli dari koalisi L'Ulivo (Pohon Zaitun) diproyeksikan memenangan 41-44 persen kursi.

Berlusconi kemudian memenangkan pemilihan, dan koalisinya memperoleh 368 dari 630 kursi, sedangkan L'Ulivo kebagian 251 kursi. 11 kursi sisanya adalah milik partai komunis Partito della Rifondazione Comunista.

Sang taipan media yang juga pemilik klub AC Milan ini sebelumnya telah menjabat perdana menteri selama 7 bulan pada 1994. Namun, pemerintahannya jatuh saat sekutu kunci keluar dari koalisi.

Don Silvio kemudian maju lagi dalam pemilihan tahun 1996, tetapi upayanya gagal.

Dilansir dari CNN, jumlah pemilih di pemilu Italia 2001 melebihi 80 persen. Saking tingginya, para pejabat Kementerian Dalam negeri membiarkan pemilihan dilangsungkan 1 jam lebih lama dari batas waktu pukul 20.00 waktu setempat.

Berlusconi yang saat itu berusia 64 tahun memberikan suaranya di Milan, sedangkan Rutelli (46) yang merupakan mantan Wali Kota Roma, menunggu di telepon 1 jam sebelum memberikan suara di TPS Roma.

Sementara itu para pemilih lainnya dilaporkan menunggu selama 4 jam, dan beberapa di antaranya bahkan merobek surat suara mereka.

Berlusconi percaya ia telah dengan baik meyakinkan rakyat untuk memilihnya, sedangkan Rutelli yang juga yakin menang kemudian menghadiri Misa dan bermain tenis.

Kampanye Berlusconi dinamakan Contratto con gli Italiani (Kontrak dengan orang Italia).

Dalam kontrak ini Berlusconi berkomitmen meningkatkan beberapa aspek ekonomi dan kehidupan penduduk Italia.

Janji-janjinya termasuk menyederhanakan sistem pajak yang rumit, memangkas jumlah pengangguran hingga separuhnya, membiayai dan mengembangkan program pekerjaan umum baru, menaikkan dana minimum pensiun bulanan, dan mengurangi angka kriminalitas.

Ia berjanji tidak akan maju dalam pemilu 2006 jika gagal memenuhi setidaknya 4 dari 5 janji ini.

Dalam perjalanannya, partai oposisi mengklaim Berlusconi gagal memenuhi janji-janji tersebut, tetapi ayah Barbara ini menampik tudingan itu dan menyebut kabinetnya melakukan "keajaiban berkelanjutan".

Hingga akhirnya pemimpin partai Forza Italia ini tetap menjabat menjadi PM Italia sampai 2006, dan sempat lengser sejenak sebelum terpilih lagi dalam pemilu 2008.

Silvio Berlusconi memimpin Italia dalam 3 periode, yakni pada 1994-1995, 2001-2006, dan 2008-2011.

Dominasinya dalam dunia politik Italia sempat menempatkan Berlusconi di peringkat 12 dalam daftar orang paling berkuasa di dunia versi Forbes 2009.

Dengan total masa jabatan 9 tahun, bos media ini merupakan PM Italia dengan masa jabatan terlama setelah Perang Dunia, dan PM dengan masa jabatan terlama ketiga sejak unifikasi Italia, setelah Benito Mussolini dan Giovanni Giolotti.

Namun selama masa kepemimpinannya itu pula Don Silvio akrab dengan kontroversi dan segudang skandal.

Setidaknya ada 20 persidangan yang dihadirinya, mulai dari penggelapan pajak hingga skandal seks di bawah umur.

Pria yang kini berusia 83 tahun itu juga pernah terjerat konflik kepentingan pada 2004, ketika mengingkari janjinya yang hendak melepas Mediaset, perusahaan media terbesar di Italia, saat menjabat sebagai perdana menteri.

https://www.kompas.com/global/read/2020/05/14/154915970/hari-ini-dalam-sejarah-awal-cengkeraman-silvio-berlusconi-di-italia

Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke