Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kue Lompong Sagu Kian Langka di Sumatera Barat?

Kompas.com - 27/07/2022, 17:06 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lompong sagu merupakan salah satu jajanan tradisional khas Sumatera Barat yang dibuat dari campuran sagu, gula merah, dan pisang yang dibakar dalam bungkusan daun pisang.

Lompong sagu biasanya dibakar menggunakan arang panas, sehingga aroma kue ini begitu menggoda selera ketika bungkus daun pisang dibuka. 

Ahli tata boga Universitas Negeri Padang (UNP) Wirnelis Syarif mengatakan bahwa di Sumatera Barat, lompong sagu biasanya mudah ditemui di daerah pesisir pantai dibanding daerah darek (darat) atau pegunungan.

Hal ini karena kuantitas pohon sagu lebih banyak di daerah pantai dibanding daerah daratan yang lebih didominasi dengan padi-padian.

Lompong sagu memiliki cita rasa manis dan sedikit asin, teksturnya juga kenyal dan padat.

Namun sayangnya, saat ini keberadaan lompong sagu termasuk sulit ditemukan di Sumatera Barat, mengapa?

Baca juga:

Tampilan kurang menarik

"Langkanya lompong sagu di Sumatera Barat menurut saya karena tampilannya yang jadul dan kurang menarik," kata Wirnelis kepada Kompas.com saat dihubungi melalui sambungan telepon pada Senin (25/7/2022).

Lompong sagu biasanya dibungkus di dalam daun pisang dengan panjang sekitar 20 sentimeter, sehingga dirasa terlalu besar dijadikan sebagai camilan kekinian.

"Mungkin bisa dilakukan inovasi seperti memperkecil ukuran lompong sagu untuk satu kali gigitan sebagai camilan," katanya.

Baca juga:

Lompong Sagu, jajanan jadul khas Minang yang dimasak dengan cara dibakar.DOK. KOMPAS.COM/ SUCI WULANDARI PUTRI CHANIAGO Lompong Sagu, jajanan jadul khas Minang yang dimasak dengan cara dibakar.

Belum ada standarisasi resep

Wirnelis mengatakan bahwa banyak resep makanan Indonesia yang belum distandarisasi, sehingga kian terlupakan seiring perkembangan zaman.

"Lompong sagu itu resepnya belum distandarisasi, kebanyakan hanya dikira-kira saja jadi setiap daerah terkadang rasanya berbeda-beda," katanya.

Belum adanya resep yang dikonversi ke satuan gram membuat kuliner lompong sagu sulit dikembangkan. 

Baca juga:

Kurang dipromosikan

Sebagai jajanan tradisional, lompong sagu saat ini juga jarang diusung, sehingga keberadaannya kian tertinggal.

"Kalau ada acara, kita bisa menampilkan berbagai produk dari sagu, seperti lompong sagu ini. Perkenalan lompong sagu bisa melalui promosi di  pameran ataupun festival," katanya. 

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Foodplace (@my.foodplace)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com