KOMPAS.com – Tradisi rantangan Betawi yang biasa dilakukan saat hari raya Lebaran tak bisa dipisahkan dari beragam makanan khas Betawi.
Makanan-makanan ini biasanya khusus dimasak dan akan saling diantarkan pada keluarga serta kerabat dalam wadah rantang.
Tradisi ini dilakukan masyarakat Betawi untuk mempererat tali silaturahmi antar keluarga dan kerabat.
Baca juga: Tradisi Rantangan Lebaran Betawi: Dulu Makanan, sekarang Sembako dan Uang
Ada banyak ragam makanan yang jadi bagian tradisi rantangan ini. Namun, salah satu yang paling wajib adalah dodol khas Betawi. Dodol jadi simbol keteguhan atau kekuatan persaudaraan.
“Utamanya dodol ya, di kampung juga disebut sebagai kue silaturahmi. Kalau Lebaran kita enggak bawa dodol, seolah-olah seperti enggak Lebaran,” kata Budayawan Betawi Yahya Andi Saputra ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (6/5/2021).
Dodol disebut sebagai kue silaturahmi karena walaupun kita tidak membuat dodol sendiri, tetapi pasti akan mendapatkan dodol dari keluarga dan kerabat yang berkunjung.
Baca juga: Mengenal Budaya Kuliner Betawi, dari Istilah Penting sampai Sajian Lebaran
“Dodol itu bisa muter-muter. Misal saya Lebaran ke rumah kamu, istri saya bawa dodol. Terus kamu enggak makan dodol itu juga tapi karena musim Lebaran, kamu bawa dodol itu kemana-mana. Akhirnya bisa jadi dodol itu balik lagi ke rumah saya,” jelas Yahya.
Selain dodol, ada pula tape uli yang jadi simbol rasa sayang.
Dalam buku “Kuliner Betawi: Selaksa Rasa & Cerita” produksi Akademi Kuliner Indonesia yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, tape uli merupakan kombinasi dari dua penganan.
Uli merupakan sebutan untuk ketan, dan dicampur dengan tapai ketan hitam. Rasa gurih dari uli ini akan menyeimbangkan manisnya tapai ketan hitam.
Baca juga: 3 Takjil Khas Betawi yang Sudah Langka, dari Stup Tape hingga Bubur Ase