Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Rantangan Lebaran Betawi: Dulu Makanan, Sekarang Sembako dan Uang

Kompas.com - 08/05/2021, 03:07 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Salah satu tradisi masyarakat Betawi untuk merayakan Lebaran adalah tradisi rantangan.

Dalam tradisi ini, masyarakat akan saling mengunjungi kerabat dan keluarga sambil membawa aneka makanan khas Betawi yang dikemas dalam rantang.

“Tradisi ini sudah lama betul, sebetulnya sebelum Islam juga sudah ada tradisi begitu,” kata Budayawan Betawi Yahya Andi Saputra ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (6/5/2021).

Masyarakat Betawi biasa membawa aneka jenis makanan tradisional Betawi.

Ada dodol, tape uli, rengginang, manisan buah, ketupat, semur daging, sayur godog, rangkambang, dan lainnya.

Baca juga: Mengenal Budaya Kuliner Betawi, dari Istilah Penting sampai Sajian Lebaran

Tradisi ini dilakukan untuk menjaga tali silaturahmi antar keluarga dan kerabat. Makanan yang dibawa dalam rantang pun memiliki simbol-simbol tersendiri. 

Makanan yang diberikan merupakan simbol kekuatan persaudaraan, hingga simbol rasa sayang, rasa hormat, dan rasa terima kasih.

Sayangnya, tradisi ini dianggap sudah tergerus zaman. Sejak 1980-an, kata Yahya, banyak masyarakat Betawi yang perlahan tidak lagi melakukan tradisi rantangan ini.

Menurutnya, tradisi ini mulai tergerus salah satunya karena wadah bambu dan juga rantang yang digunakan sebagai wadah rantangan dianggap mulai langka.

Sehingga masyarakat Betawi pun mulai malas melakukan tradisi rantangan ini setiap Lebaran.

“Saya lihat setiap keluarga di tahun '80-an, rantangnya sudah pada penyok dan rusak,” imbuh Yahya.

 

Ilustrasi sembako.Shutterstock Ilustrasi sembako.

Sekarang jadi memberi sembako dan uang

Tak itu saja, tradisi rantangan yang biasa melibatkan makanan jadi yang dimasak sendiri juga mulai tergantikan.

Masyarakat Betawi tidak lagi membagikan makanan yang dibuat sendiri dalam rantangan. Sebagai ganti mereka membagikan sembako dan uang.

Semua itu berawal saat masa krisis moneter yakni di tahun '90-an, penggunaan sembako mulai marak di masyarakat.

Sembako atau sembilan bahan pokok ini kemudian perlahan semakin populer karena mudah didapatkan.

Baca juga: 3 Takjil Khas Betawi yang Sudah Langka, dari Stup Tape hingga Bubur Ase

“Waktu krisis ekonomi itu membuat orang-orang mengumpulkan derma, dan derma itu dibelikan sembako,"kata Yahya.

"Saya ingat betul itu di masjid saya dapat kiriman satu truk sembako. Itu mulai bagi-bagi sembako untuk orang-orang di kampung,” lanjutnya.

Sejak itu, sembako perlahan menggantikan makanan masak yang biasa dibagikan dalam rantangan karena dianggap lebih praktis.

Kebiasaan menggunakan sembako sebagai rantangan atau bingkisan pun terus dipraktikkan hingga kini. Bahkan untuk acara-acara selain hari raya, seperti tahlilan misalnya.

Menurut Yahya, biasanya ketika ada tahlilan di masyarakat Betawi baik itu hari ketiga, hari ketujuh, atau hari ke-14, mereka akan membagikan berkat.

“Berkat itu bentuknya nasi, semur, ikan pesmol, segala macam. Makanan matang. Kalau sekarang ya kita beli sembako. Ada kecap, mi tiga biji, saden, minyak kelapa, beras,” imbuhnya.

Baca juga: Mengenal Sayur Sambel Godok, Kuliner Lebaran khas Betawi

Ketika akhirnya sembako semakin banyak digunakan masyarakat, tradisi rantangan dengan membawa makanan matang pun akhirnya perlahan menghilang.

Tak hanya sembako, kini banyak juga masyarakat Betawi yang lebih memilih membagikan uang tunai saat hari raya Lebaran.

“Biar mereka bisa belanja sendiri lah, kita kan enggak bisa menebak apa yang jadi kebutuhan mereka. Jadi kepada adik, encang-encing kita itu yang kita utamakan. Terutama yang kondisi ekonominya lebih payah dari kita,” ujar Yahya.

Mulai bangkit kembali

Untungnya, sejak empat hingga lima tahun lalu semakin banyak masyarakat Betawi yang mulai sadar akan tradisi ini dan berusaha menghidupkannya kembali.

Sejak itu, banyak festival yang dilakukan untuk membangkitkan tradisi rantangan ini.

“Sebelum pandemi ini ada kegiatan namanya macam-macam ya, ada Lebaran Besek, Lebaran Bongsang, Lebaran Rantang,” tutur Yahya.

Baca juga: Resep Kembang Goyang Renyah dan Tidak Berminyak, Kue Lebaran Khas Betawi

Nama-nama festival tersebut diambil dari wadah yang digunakan dalam tradisi rantangan sejak dulu, yakni besek, bongsang, dan rantang.

“Di dalam memori orang orang itu, terutama orang seumuran saya, memori rantang, besek, nampan dan segala macam itu, memori masih kuat," kata Yahya.

"Makanya kita merasa nikmat karena memori itu hidup kembali,” pungkas Yahya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com