KOMPAS.com - Kuliner Indonesia belum dapat menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) dengan maksimal.
Menurut pernyataan Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno, kontribusi kuliner Indonesia pada PDB saat ini hanya mencapai 14,99 persen.
Angka tersebut harus ditingkatkan setidaknya menjadi 30 persen, mengejar bidang fashion yang sudah mencapai angka 41,47 persen.
Baca juga: Pusat Kajian Kuliner dan Gastronomi Indonesia Hadir di UGM
Salah satu fokus Kementerian Pariwisata Ekonomi dan Kreatif (Kemenparekraf) untuk mengejar ketinggalan tersebut adalah dengan kopi.
"Kopi kita terbaik dan selalu menjuarai. Namun, kita masih menjadi produsen terbaik keempat di dunia," tutur Sandiaga Uno saat menjadi narasumber dalam Webinar Gastronomi & Launching Pusat Kajian Kuliner dan Gastronomi Indonesia, Selasa (30/3/2021).
Sandiaga mengatakan kopi asal Indonesia masih kalah terkenal dari kopi Brasil dan Vietnam.
"Padahal, kalau kita lihat dari Sabang sampai Merauke, kopi-kopi kita unggulan," pungkasnya.
Kopi juga dipilih Kemanparekraf untuk karena dinilai memiliki banyak peminat, khususnya selama masa pandemi di Indonesia.
Setidaknya, produksi dan penjualan kopi meningkat tajam hingga Rp 60 hingga 62 juta untuk per satu kedai kopi Indonesia selama satu bulan.
Baca juga: Apa Itu Gastronomi dan Fungsinya untuk Kuliner Indonesia?
Selain memanfaatkan kopi, Kemenparekraf juga menggunakan pola pemikiran gastronomi dan gastrodiplomasi untuk meningkatkan sumbangan PDB dari kuliner.
Pola pemikiran gastronomi dari Kemenparekraf dijelaskan ada tiga, seperti berikut: