Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Kuah Beulangong Khas Aceh, Dimasak Saat Perayaan Maulid Nabi Muhammad

Kompas.com - 29/10/2020, 13:51 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Aceh memiliki berbagai jenis kuliner khas yang muncul di perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Khususnya ketika perayaan akbar yang biasanya diselenggarakan oleh pemerintah daerah di Banda Aceh.

Banyak sajian khas Aceh muncul di sana, mulai dari nasi minyak, ayam masak merah, bebek gulai putih, hingga makanan penutup peungat.

Salah satu yang paling khas dan jadi bagian tak terpisahkan dari pesta maulid di Aceh adalah kuah beulangong.

Baca juga: Resep Kuah Beulangong Kuliner Khas Aceh untuk Perayaan Maulid Nabi Muhammad

Kuah beulangong adalah makanan khas Aceh berupa kuah merah sejenis gulai yang menggunakan daging sapi atau kambing dan nangka muda.

Ilustrasi kuah beulangongShutterstock/riza azhari Ilustrasi kuah beulangong

Makanan ini disebut kuah beulangong karena proses memasaknya menggunakan belanga atau kuali besar yang dalam bahasa Aceh disebut beulangong.

Namun sebenarnya, sajian ini tak muncul khusus untuk perayaan maulid saja.

“Kuah beulangong muncul di saat para petani mengadakan kenduri di saat panen," kata Ketua Yayasan Argadia Citra Indoensia Provinsi Aceh Elvirawati ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (28/10/2020).

"Mereka memasak, memotong kambing, kemudian masak kuah beulangong ini di tengah sawah,” lanjutnya.

Baca juga: Ketupat Sumpil, Simbol Hubungan Tuhan dan Manusia dalam Perayaan Maulid Nabi

Kuah beulangong ini berasal dari daerah Aceh Besar. Para petani kala itu menyebut sajian ini sebagai kuah blang.

Blang merupakan bahasa Aceh dari sawah. Mereka memasak kuah blang di tengah sawah, menggunakan periuk tanah. Sementara apinya berasal dari jerami padi yang dibakar.

Karena jadi makanan untuk kenduri atau pesta para petani, lama kelamaan hidangan ini mulai diadopsi untuk jadi sajian aneka perayaan lain di Aceh.

Mulai dari pesta pernikahan, lebaran, tahun baru Islam, dan tentu saja Maulid Nabi Muhammad.

Ilustrasi kuah beulangongShutterstock/FREDOGRAPHY.ID Ilustrasi kuah beulangong

Menurut Elvira, secara umum ada tiga versi kuah beulangong. Ada yang menggunakan nangka, pisang, atau batang pisang sebagai campuran dalam kuah beulangong.

Biasanya kuah beulangong dimasak bersama-sama di masjid setiap kampung. Setelah matang, barulah masyarakat bisa masing-masing mengambil jatah mereka di masjid.

“Di sini kebanyakan satu kampung memotong satu sapi. Mereka mengadakan Maulid hanya khusus dengan kuah beulangong itu,” tutur Elvirawati.

Baca juga: Filosofi Nasi Suci Ulam Sari, Makanan Khas Maulid Nabi Muhammad di Pacitan

Mereka memasak tak lagi menggunakan periuk tanah, melainkan dengan kancah.

Kancah merupakan kuali yang sangat besar, menggunakan api sekap di bagian bawahnya. Dalam satu kancah besar tersebut bisa menampung hingga 20 kilogram daging.

Kuah beulangong, kata Elvirawati, paling cocok dinikmati dengan nasi putih hangat karena rasa kuah yang kaya dan jumlahnya melimpah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com