Misalnya, Singapura mengimpor bebek konsumsi dari Irlandia. Sementara Batam mendatangkan telur bebek dari Blitar yang jaraknya ribuan kilometer.
“Sementara kami hanya berjarak 150 kilometer. Nah ini peluang yang bisa membuat masyarakat semakin tertarik untuk menanam sagu. Ini jadi pengetahuan juga untuk teman-teman di Papua karena di sana kan banyak ternak,” jelas Tengku.
Kini, Tengku mengaku telah ada 10 titik di Meranti yang memproduksi sapuring, produk sagu parut kering untuk pakan ternak.
Beberapa keunggulan pakan ini adalah organik. Jadi otomatis hasil ternak yang mengonsumsi Sapuring ini termasuk hasil ternak organik. Selain itu, energinya juga tinggi yang akan membuat daging hewan semakin padat.
“Tanaman sagu ini ramah gambut. Kalau pasarnya bagus, maka masyarakat tidak akan melakukan alih fungsi lahan. Mereka akan tertarik untuk terus menanam sagu karena ada nilai ekonomi di situ,” pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.