Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Makanan Galungan Khas Bali, Tak Hanya Tum dan Lawar

Kompas.com - 15/09/2020, 19:19 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Umat Hindu Bali memperingati Hari Raya Galungan pada Rabu (16/9/2020). Galungan adalah hari perayaan kemenangan kebaikan atas ketidakbaikan.

“Untuk merayakan itu, masyarakat Bali berpesta selama 10 hari. Dari Galungan sampai 10 hari setelah itu. Galungan bukan merupakan hari yang paling suci, tapi hari yang paling ramai dirayakan,” kata Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana I Gede Pitana ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (15/9/2020).

Baca juga: Cara Masak Khas Bali, Apa Itu Nyat Nyat?

Seperti perayaan-perayaan pada umumnya, Hari Raya Galungan juga identik dengan banyak kuliner yang muncul di pesta masyarakat.

Walaupun bukan benar-benar khas Galungan karena bisa ditemukan di perayaan dan hari lainnya, tapi masyarakat Bali membuat makanan berikut karena dianggap jadi yang paling enak untuk merayakan Galungan.

Lawar ayam.shutterstock.com/AriyaniTedjo Lawar ayam.

1. Lawar

Pertama adalah lawar. Lawar adalah sayur yang dicampur dengan daging cincang dari berbagai jenis hewan.

Baca juga: Resep Lawar Ayam, Hidangan Khas Pelengkap Nasi Bali

Sajian ini jadi salah satu yang paling identik dengan Galungan. Lawar bisa dibuat dari aneka jenis daging seperti daging babi, ayam, atau bebek. Sementara sayurannya juga beraneka macam, bisa dari kelapa, nangka, pakis, bungkil pisang, kacang, dan masih banyak lagi.

Dahulu, masyarakat Bali masih banyak yang menggunakan daging mentah yang dicincang serta darah babi merah yang mentah.

“Tapi setelah kita sadar itu enggak bagus untuk kesehatan, pelan-pelan berkurang. Itu sekarang sudah enggak ada lagi di Bali, kecuali untuk sesajen,” terang Pitana.

Ilustrasi makanan kukus dibungkus daun. SHUTTERSTOCK/SPARKLING OLIVE STUDIO Ilustrasi makanan kukus dibungkus daun.

2. Tum

Kemudian ada tum yang dibuat dari sisa lawar yang dibungkus dengan daun lalu dikukus hingga matang.

Baca juga: Resep Tum Ayam khas Bali, Mirip dengan Pepes Namun Berbeda

Tum biasanya terbuat dari campuran sayuran yang sedikit lebih banyak daripada campuran dagingnya. Tum biasanya dibungkus dengan bentuk kotak kecil-kecil.

Brengkes

Brengkes bisa dibilang mirip sekali dengan tum. Sajian ini juga dibuat dari sisa lawar. Namun campurannya cenderung lebih banyak dagingnya daripada sayurannya. Selain itu cara membungkusnya pun berbeda. Brengkes dibungkus dengan bentuk persegi agak memanjang.

3. Balung kuah

Sajian ini merupakan sejenis sup yang dibuat dari balung atau tulang belulang hewan.

Tulang belulang hewan yang masih memiliki sedikit daging biasanya tak dibuang begitu saja. Masyarakat Bali mengolahnya jadi balung kuah.

Biasanya selain balung juga dicampur dengan aneka sayuran seperti nangka, kacang-kacangan, pakis, dan lain-lain agar terlihat banyak dan bisa lebih mengenyangkan.

4. Timbungan

Pada Hari Raya Galungan, masyarakat Bali memotong banyak babi dan hewan lainnya, mereka juga mengolah sajian tumbungan.

Timbungan terbuat dari daging babi atau daging hewan lainnya, yang dimasak di dalam bambu muda.

“Semua daging dimasukkan dalam bambu, sudah itu ditaruh di dapur (tungku masak). Sehingga dia akan matang. Bukan dibakar, tapi dipanaskan di samping api. Pakai asap dan panasnya api itu,” jelas Pitana.

 

ilustrasi urutan, sosis babi khas baliShutterstock/GianGio ilustrasi urutan, sosis babi khas bali

5. Urutan

Lagi-lagi karena banyak sekali daging, masyarakat Bali pun mencoba mengolah daging-daging tersebut jadi sajian yang agak tahan lama. Adalah urutan, sejenis sosis yang dibuat dari daging babi.

Babi bagian dagingnya, lemak, dan lain sebagainya dicincang dan dicampur dengan base gede atau bumbu gede khas Bali yang pedas.

“Kemudian diaduk, lalu dimasukkan daging itu ke dalam usus babi yang sudah dibersihkan. Setelah itu ditaruh di atas dapur, dikukus begitu pakai uap sampai akhirnya dia mengering setelah 3-4 hari,” papar Pitana.

“Dulu pas kita masih susah makan, itu diambil sedikit-sedikit untuk makan sehari-hari. Bisa tahan 10 hari, itu diawetkan dengan pengasapan kan tradisional kan,” sambung dia.

Sate lilit di Restoran Plataran Canggu Bali Resort & Spa, Jalan Pengubugan, Banjar Silayukti, Kuta, Bali.Arsip Plataran Canggu Bali Resort & Spa Sate lilit di Restoran Plataran Canggu Bali Resort & Spa, Jalan Pengubugan, Banjar Silayukti, Kuta, Bali.

6. Aneka Sate

Selanjutnya ada aneka sate. Ada banyak sekali jenis sate yang muncul di perayaan Galungan. Di antaranya adalah sate yang dibuat dari daging yang ditusuk-tusuk seperti biasa, disebut dengan sate asem.

“Sedangkan yang dicampur dengan kelapa itu sate lilit. Daging dicincang dulu, diaduk dengan kelapa, baru dililitkan ke batang bambu.”

7. Tape ketan

Terakhir adalah tape ketan yang bisa dibilang jadi pencuci mulut masyarakat Bali setelah menikmati aneka olahan daging pada Galungan. Biasanya tiga hari sebelum Galungan masyarakat Bali mulai membuat tape ketan.

Beras ketan diolah seperti biasa hingga setengah matang, kemudian difermentasi jadi tape. Setelah upacara Galungan, setelah makan banyak, barulah masyarakat Bali menikmati tape tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com