Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kopi Kawa Daun Khas Sumatera Barat, Benarkah Lahir pada Masa Penjajahan?

Kompas.com - 12/08/2020, 22:02 WIB
Yana Gabriella Wijaya,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

KOMPAS.com  - Menyesap kopi adalah salah satu kegiatan yang menyenangkan, apalagi menikmati kopi berkualitas tinggi.

Ada satu kopi yang terbilang unik dari Sumatera Barat yakni kopi kawa daun disebut juga aia kawa.

Kopi ini tidak menggunakan biji kopi seperti kopi hitam lazimnya, justru menggunakan daun teh. 

Ada kisah yang beredar di masyarakat tentang kehadiran masyarakat, tetapi kisah tersebut diluruskan oleh pakar sejarah. Berikut fakta mengenai kopi kawa daun khas Sumatera Barat:

Baca juga: Sejarah Panjang Sayur Genjer, Makanan Wong Cilik Saat Krisis Pangan

1. Cerita yang beredar di masyarakat

Menurut cerita yang beredar di masyarakat lokal kopi kawa daun ini lahir akibat adanya tanam paksa di Sumatera Barat dan pungutan pajak sebesar 20 persen.

Kopi yang dihasilkan harus dijual ke kaki tangan Belanda yang berada di kampung-kampung sehingga tidak ada lagi biji kopi yang bisa disimpan di rumah-rumah penduduk.  

2. Kopi kawa daun dibantah lahir karena penjajahan

Pakar sejarah dari Universitas Andalas Prof. Gusti Asnan justru memiliki pendapat berbeda tentang lahirnya kopi kawa daun ini.

Menurut cerita masyarakat, kebiasaan meminum kopi kawa daun ini bukan dilatarbelakangi oleh peristiwa tanam paksa yang dilakukan oleh Belanda.

Namun Prof. Gusti Anan menyebutkan jauh sebelum Belanda masuk, orang Minangkabau sudah mengenal kopi daun (kawa) sebagai minuman.

Mereka sejak awal memang tidak mengkonsumsi biji kopi untuk minuman.

Baca juga: Cerita di Balik Daun Kawa, Kopi Seduhan Daun Khas Sumatera Barat (2)

Biji kopi sendiri mulai dikenal ketika akhir abad ke-18, sejak saudagar Amerika datang membeli biji kopi.

Saat inilah, orang Minangkabau baru menyadari biji kopi bernilai tinggi daripada yang mereka kenal sebelumnya.

Hal ini menampik anggapan bahwa kopi mulai ditanam di Sumatera Barat sejak Belanda datang ke daerah ini. Selain itu sebelum kedatangan Belanda, kopi telah tumbuh subur di pedalaman.

Sementara itu Belanda pada awal abad ke-19 belum berhasil masuk ke pedalaman Minangkabau, sehingga tanam paksa kopi tidak bisa disebut sebagai cikal bakal lahirnya kebiasaan minum kopi kawa daun.

3. Cara menikmati kopi kawa

Kopi kawa daun khas Sumatera Barat. Dok. Shutterstock/KiwiGraphy Studio Kopi kawa daun khas Sumatera Barat.

Dulunya, di area Bukit Barisan yang berada di Tarusan Kamang, Kabupaten Agam, masih banyak ditemui warga yang melanjutkan usaha kebun kopi warisan Belanda.

Saat ini rasa kopi kawa daun sudah mulai di variasi.

Sebagai pemanis, kopi kawa daun mulai ditambahkan gula, dulunya hanya menggunakan gula tebu yang di Sumatera Barat dikenal dengan sebutan saka.

Baca juga: Sejarah Rendang dan Hubungannya dengan Bangsa Portugis

Dulu gelas kopi kawa daun identik menggunakan batok kelapa. Saat itu masyarakat tidak memiliki gelas kaca.

Selagi panas, kopi dituang ke dalam batok kelapa yang di bawahnya sudah di alas tengkak, berfungsi sebagai tatakan gelas agar tidak tumpah.

Tengkak tersebut dibuat dari bambu yang dipotong-potong dengan panjang tidak sampai 10 cm.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com