Namun di masa pandemi corona ini, harga perkilorgram ikan bawal putih turun sampai setengah harga menjadi Rp 250.000 per kilogram.
"Ada juga ikan enak, jenis-jenis trevally. Ini ikan luar biasa enaknya dimasak pindang saat kita bilangnya," jelas Susi sambil memberi tahu teknik masak.
Kemudian masih ada kepiting rajungan dan gombar atau rajungan merah.
Baca juga: Hari Laut Sedunia, Apa Itu Sustainable Seafood?
"Hari ini pendapat nelayan lumayan. Semua ini mancing bukan dapat jaring. Mancing itu modalnya tidak banyak," jelas Susi.
Ia mengatakan orang yang hidup di pinggir pantai dapat memenuhi konsumsi sehari-hari hanya dengan memancing.
Selanjutnya ia mempraktikkan cara memasak ikan layur, yang banyak dianggap ikan murahan.
Susi bercerita pada zaman krisis '98, harga ikan layur hanya Rp 700.
"Enggak laku, saya memulai ekspor ke Jepang. Akhirnya ikan layur fillet, jadi terkenal di Jepang," katanya.
Ia mengatakan harga ikan layur jadi naik drastis dari yang Rp 700 jadi Rp 11.000 pada era krisis '98.
"Sering kali saya ditegur sama-ibu-ibu di pasar 'Gara-gara Bu Susi kita enggak bisa makan layur lagi'. Tetapi dibanding daging sapi dan ayam masih lebih murah ikan layur sekarang," cerita Susi.
Baca juga: Cara Cepat Bersihkan Cumi-cumi, Sampai Bau Amis Hilang
Susi lantas memasak ikan layur untuk jadi sajian sahur. Sang cucu, Malika juga membantu
Lewat videonya Susi rutin berbagi resep makanan yang kebanyakan ikan dan kisah tentang laut.
Sampai-sampai netizen Verawati Dewi mengatakan, "Ibu memang putri laut. I miss you bu,"
Tak lupa Susi menutup video dengan slogan khas darinya.
"Tidak makan ikan saya tenggelamkan!" pesan Susi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.