Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kendala Ekspor Mangga Indonesia, dari Kondisi Buah sampai Regulasi

KOMPAS.com - Jumlah produksi mangga di Indonesia cukup tinggi. Buah manis ini berada di urutan ketiga kategori produksi tanaman buah terbanyak setelah pisang dan nanas.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah produksi mangga di Indonesia mencapai 2,8 juta ton lebih pada 2021.

Sejauh ini, mangga Indonesia yang umumnya berasal dari Pulau Jawa kebanyakan hanya didistribusikan ke daerah lain di Indonesia, sementara ekspornya tidak begitu kuat.

Peneliti di Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB, Sobir menuturkan, kondisi buah dan regulasi menjadi alasan utama lemahnya ekspor mangga Indonesia.

Mangga unggulan Indonesia, seperti harum manis, memang memiliki cita rasa yang lebih enak daripada jenis lain.

Jika dilihat dari segi cita rasa, Sobir menilai, mangga harum manis mampu bersaing dengan mangga lainnya di dunia. Sayangnya, jenis mangga ini tidak bisa disimpan lama.

"Kalau mangga irwin punya warna merah cantik gitu ya, kandungan patinya tinggi, ada sisi bagusnya dari perdagangan," kata Sobir.

"Biasanya daya simpannya jadi lebih lama dibandingkan dengan mangga Indonesia karena makin tinggi kandungan pati, daya simpannya makin baik," tambahnya.

  • Asal-usul Mangga, Buah dari India yang Mendunia
  • Alasan Harga Mangga Gedong Gincu Lebih Mahal daripada Jenis Lain

Sementara kandungan pati mangga harum manis cenderung sedikit sehingga daya simpannya lebih pendek.

"Saya pernah melakukan survei langsung di China. Kami bawa mangga gedong gincu, mangga harum manis, dan mangga dari Australia, kebetulan kerja sama dengan Australia," kata Sobir.

Sobir menyampaikan, ada perbedaan ketika mangga Indonesia disajikan dalam bentuk berbeda.

Mayoritas orang memilih mangga gedong gincu ketika disajikan utuh. Tidak ada satu pun yang mengambil mangga harum manis.

Namun, saat mangga tersebut disajikan dalam bentuk potongan, kebanyakan orang justru memilih mangga harum manis.

Perbedaan karakteristik jenis mangga ini menjadi kendala tersendiri saat ingin melakukan ekspor.

"Mangga harum manis warnanya tidak menarik buat orang-orang. Sebab kalau warnanya hijau kecoklatan itu kan dianggap mentah atau mau busuk, sementara (mangga) yang lain berwarna merah semburat. Nah, itu sebenarnya dipenuhi oleh mangga gedong gincu," kata Sobir.

"Masalahnya, mangga gedong gincu agak berserat dan bijinya besar," sambungnya.

Kendala ekspor mangga Indonesia selanjutnya adalah regulasi.

Sobir menuturkan, perdagangan internasional umumnya meminta vapor heat treatment (VHT) sebagai syarat ekspor.

Teknologi VHT atau uap panas nantinya akan membantu mematikan hama atau lalat pada mangga.

Menurut Sobir, penggunaan VHT di Indonesia belum optimum sehingga menjadi kendala besar ekspor mangga.

"Bahkan di beberapa negara kayak Jepang itu bahkan minta operator VHT harus orang Jepang," kat Sobir.

"Makanya kita tidak pernah bisa ekspor mangga ke Jepang atau ke China," tambahnya.

Sekalipun menggunakan VHT untuk mengekspor mangga, jenis mangga harum manis dinilai kurang cocok untuk ekspor.

"Mangga harum manis itu kalau masuk ke mesin VHT, begitu ke luar, karena kandungan gulanya tinggi dan patinya sedikit, kulitnya jadi keriput, jadi tidak ada yang mau beli juga," tutup Sobir.

https://www.kompas.com/food/read/2022/06/21/080900875/kendala-ekspor-mangga-indonesia-dari-kondisi-buah-sampai-regulasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke