Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Tradisi Muludan Endog-endogan, Rayakan Maulid Nabi di Banyuwangi

Seperti dilansir dari artikel Kompas.com, sejarawan lokal Banyuwangi Suhailik mengatakan bahwa tradisi endog-endogan ini telah ada sejak akhir abad ke-18.

“Endog-endogan ini masuk setelah Islam masuk ke wilayah Kerajaan Blambangan. Kenapa harus telur? Karena telur merupakan simbol dari sebuah kelahiran,” kata Suhailik kepada Kompas.com, Rabu (15/1/2014). 

Telur jadi simbol kelahiran Nabi Muhammad SAW. Uniknya, kembang menjadi simbol pemujaan pada zaman jahiliyah.

Dilaksanakan sebulan penuh

Tradisi ini tak hanya dilaksanakan serentak sekali saja pada tanggal 12 Rabiul Awal. Namun menurut Suhailik, tradisi ini biasanya dilaksanakan bertahap selama satu bulan penuh.

Pasalnya tradisi endog-endogan memang dilaksanakan di seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi.

Terutama di wilayah-wilayah yang ditempati Suku Using, suku asli Banyuwangi.

“Hari ini bisa di kampung A, besok di kampung B. Pokoknya selama satu bulan penuh di Banyuwangi akan banyak pawai endog-endogan,” tutur dia.

Arak-arakan

Tradisi ini sesuai namanya melibatkan endog alias telur. Telur ayam biasa direbus hingga matang. Kemudian diletakkan pada tusukan bambu kecil.

Tusukan bambu tersebut kemudian dihias dengan kembang kertas yang disebut dengan kembang endog.

Nantinya kembang endog akan ditancapkan pada jodang. Jodang adalah pohon pisang yang juga sudah dihias dengan kertas warna-warni.

Dalam satu jodang bisa diisi sekitar 27, 33, atau 99 kembang endog. Selanjutnya jodang-jodang tersebut akan diarak keliling kampung.

Masyarakat akan memanggulnya atau ada juga yang menggunakan becak. Tak lupa ada iringan alat musik tradisional macam patrol, terbang, atau rebana.

Setelah diarak keliling kampung, jodang-jodang kemudian akan diletakkan di serambi masjid atau mushola. Kemudian, telur-telur akan dibagikan pada masyarakat selepas pengajian dan makan bersama.

Saat ini, endog-endogan sudah semakin bervariasi. Kembang endog tak lagi mengikuti bentuk bunga.

Namun ada juga yang berbentuk barong, ular naga, pesawat, atau kerucut sesuai dengan kreativitas masyarakat.

Salah satu pembuat kembang endog Salimah mengatakah bahwa kini banyak masyarakat yang menggemari bentuk-bentuk kembang endog seperti burung atau kerucut.

“Jadi telurnya tidak lagi ditusuk bambu tapi digantung agar tidak cepat basi. Bentuknya juga lebih menarik terutama bagi anak-anak,” kata dia.

Kompas.com masih menunggu jawaban Pemkab Banyuwangi akan penyelenggaraan endog-endogan tahun ini, mengingat situsasi pandemi yang terjadi. 

https://www.kompas.com/food/read/2020/10/29/093834675/mengenal-tradisi-muludan-endog-endogan-rayakan-maulid-nabi-di-banyuwangi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke