Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Lodi, Dua Kali Kuliah di Belanda demi Bangun Tanah Leluhur

Kompas.com - 26/02/2024, 16:02 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

Orangtua Lodi sendiri mendarat di Pangkal Pinang dan pindah ke Bengkulu saat ayahnya mendapat pekerjaan sebagai dosen di Universitas Bengkulu.

Ibu Lodi juga seorang dosen setelah sempat vakum menjadi ibu rumah tangga dan kemudian melanjutkan studi S2.

Lodi lahir dan besar di Bengkulu sampai akhirnya merantau meninggalkan kedua orangtuanya karena diterima kuliah di S1 Teknik Industri di Universitas Brawijaya Malang pada 2011. Di kota inilah Lodi banyak bertumbuh, belajar, dan memulai perjalanan proses menjadi dewasa.

Lodi menjalani magang di Gas and Oil Separation Plant di Cepu yang dioperasikan oleh perusahaan Exxon Mobile. Saat sudah lulus sarjana dan melanjutkan magang, ia mengaku sempat ditawari untuk ikut bekerja di Dubai oleh supervisor-nya.

Ajakan ke Dubai dengan gaji yang tidak sedikit kala itu tidak cukup membuat Lodi tertarik dan menerimanya. Lodi lebih tertarik untuk pulang ke Sabu, tanah asal kakek dan nenek moyangnya.

Rupanya penolakan Lodi saat mendapat penawaran yang mungkin tidak datang dua kali itu punya akar alasannya.

Baca juga: 3 Beasiswa S2-S3 Tanpa Batas Usia Khusus Perempuan, Bisa Kuliah Gratis

Orang Sabu punya tradisi sejarah tutur membaca silsilah keluarga dari kakek nenek hingga moyang.

Mereka selalu menanamkan kisah Pulau Sabu kepada para generasi penerus. Tradisi tutur silsilah lisan ini juga dilakukan oleh keluarga besar Lodi hingga membuatnya punya keterikatan yang sangat kuat akan tanah leluhurnya itu.

“Inilah yang membuat Beta selalu merasa dekat dengan Sabu dan membuat Beta memutuskan untuk setelah Beta kuliah, setelah selesai magang, memutuskan untuk kembali ke Sabu dan keputusan ini Beta jalani sampai hari ini” tuturnya.

Demi tanah leluhur, Sabu Raijua

Tak ada rencana yang dibawa pulang Lodi seketika. Ia hanya ingin sampai di tanah moyangnya. Saat itu ia tiba di Kupang dan mengamati bagaimana orang-orang menjalani kehidupan dan bertahan di sini lalu kemudian baru ke Sabu melakukan hal serupa.

Lodi yang tumbuh besar di luar Sabu mengetahui bahwa masyarakat di tanah leluhurnya ini sebenarnya sangat industrial dalam tingkat yang kecil dan tradisional.

Kegiatan para lelaki Sabu adalah pergi memanjat pohon untuk menyadap nira atau lontar dan juga untuk membuat gula merah. Sedangkan para perempuan Sabu dengan tekun menjadi perajin tenun atau memasak gula.

Di sinilah Lodi terpikir untuk merancang produk industri skala kecil menengah untuk membuat hasil karya orang Sabu ini bisa terserap dengan lebih baik. Namun masalahnya lagi, secara geografis Sabu adalah pulau kecil yang dikelilingi lautan ganas. Ini berarti ada masalah ekologis yang harus dipecahkan untuk terus bisa hidup dengan lebih baik.

Keadaan tersebut turut memantik dan mendorong Lodi untuk melanjutkan studi S2 dengan mengambil jurusan Industrial Ecology di Leiden pada 2018.

Di sana ia belajar lebih dalam tentang bagaimana material, energi, dan air menjadi tiga faktor yang penting untuk dipahami dalam proses berkehidupan manusia baik orang urban, orang rural, orang industri, orang non-industri.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com