Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Johannes Sutanto (Gendhotwukir)
Swasta

Penikmat sastra dari Rumah Baca Komunitas Merapi (RBKM). Penulis pernah mengenyam pendidikan di Philosophisch-Theologische Hochschule Sankt Augustin, Jerman dan saat ini tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana Universitas Paramadina Jakarta.

Urgensi Manajemen Krisis di Lembaga Pendidikan Formal

Kompas.com - 11/12/2023, 10:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tujuan manajemen krisis untuk menghentikan dampak negatif dari suatu peristiwa melalui upaya persiapan dan penerapan beberapa strategi dan taktik.

Karena itulah, peran public relations (humas) lembaga pendidikan formal dalam konteks krisis sangat vital. Sebagaimana digagas oleh Gary Kreps (1990) bahwa manajemen krisis merupakan proses yang menggunakan aktivitas public relations (humas) untuk mengatasi akibat negatif.

Terlebih, jika krisis sudah terjadi dengan masifnya pemberitaan di media massa dan berpotensi membesar, maka tiada jalan lain kecuali dengan secepat mungkin menerapkan manajemen krisis yang sistematis, seperti transparansi informasi yang setiap saat dapat diakses media massa alias bukan sebaliknya, yakni menutup-nutupi krisis.

Public relations (humas) lembaga pendidikan formal wajib tidak menutup informasi yang justru berpotensi menyebabkan kesalahan persepsi dan memunculkan isu-isu yang meluas dan bersifat negatif bagi organisasi.

Manajemen krisis pada dasarnya melibatkan upaya untuk mengontrol atau menahan perkembangan dan pertumbuhannya menjadi lebih parah.

Adapun tujuan akhir dari sebagian besar inisiatif manajemen krisis adalah untuk mencari penyelesaian sengketa dengan cara bijaksana yang menguntungkan semua pihak dan menghindari konflik yang tidak perlu.

Sebagai langkah konkret dalam penanganan krisis sebagaimana digagas Firsan Nova (2011) dalam "Crisis Public Relatons Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan" maka lembaga pendidikan formal perlu mempersiapkan contingency plan (rencana cadangan untuk meminimalkan dampak negatif dan mengoptimalkan respons terhadap situasi yang tidak diinginkan.

Kemudian menunjuk official spokesperson (juru bicara) biar satu pintu, bergerak cepat (proaktif) agar bisa mengendalikan situasi sebelum menjadi lebih buruk, memberikan informasi yang akurat dan benar (transparansi informasi) dan jangan hanya mempertimbangkan kerugian, namun efek jangka panjang dari keberlangsungan lembaga pendidikan formal tersebut.

So, setiap lembaga pendidikan formal dimungkinkan mengalami krisis. Tidak ada satu pun lembaga pendidikan formal yang bebas dari insiden dan krisis.

Salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan lembaga pendidikan formal dalam manajemen krisis adalah tidak memiliki rencana.

Mereka mungkin memiliki tim atau komite manajemen krisis, namun jika mereka tidak memiliki rencana tentang apa yang harus dilakukan ketika krisis terjadi, maka ini sangat berbahaya karena tidak ada konsistensi dalam cara penanganan insiden.

Citra dan reputasi lembaga pendidikan pun dipertaruhkan. Kepercayaan masyarakat dipertaruhkan.

Dus, manajemen krisis di lembaga pendidikan formal menjadi keniscayaan dan memiliki urgensi sangat besar mengingat dampaknya yang sangat luas bukan hanya bagi peserta didik dan tenaga pendidik, melainkan bagi seluruh ekosistem, masa depan dan keberlangsungan lembaga pendidikan formal itu sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com