Kembali ke pertanyaan awal, maksud baik tersebut untuk siapa dan apa? Apa yang terjadi ketika camera off? Bagaimana kondisi back stage dari citra tersebut?
Bukan persoalan lama kalau kita mencermati lebih ke belakang. Dramaturgi Guru Konten Kreator hanyalah remahan kecil.
Keadaan pembangunan pendidikan nasional hari ini juga telah mengalami dramaturgi tersebut.
Seperti yang dikatakan Cecep Darmawan, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia, bahwa penyelenggara pendidikan nasional seolah sedang menampilkan dramaturgi kemerdekaan pendidikan.
Di panggung depan, penyelenggaraan pendidikan seolah-olah tampak merdeka dengan melabeli seluruh kebijakannya dengan kata “merdeka”.
Padahal di layar belakang berbagai problematika pendidikan yang kerap tertutupi oleh tirai dengan rapat (Kompas, Dramaturgi Kemerdekaan Pendidikan).
Kalau sudah begini, sikap skeptis rasanya adalah tawaran paling relevan. Sebab, skeptisme akan membawa kita pada penundaan.
Karakter media sosial yang penuh dengan perekayasaan, pengondisian, dan pengidealan hanya bisa dibongkar secara perlahan dengan kecurigaan yang bertanggung jawab.
Kecurigaan dalam skeptisme harus kita pahami sebagai alat dan filter. Terlebih lagi dalam belantara jagad digital, saat segala makna mengetuk pintu pikiran kita tanpa permisi. Sehingga lapis demi lapis makna di back stage perlahan akan tersingkap.
Sekali lagi tentu, tidak bermaksud menaruh kecurigaan berlebih, menurut hemat saya justru dengan berskeptisme kita akan mendapat pembacaan baru, berulang, dan mendalam. Fenomena guru konten kreator pada akhirnya juga perlu kita skeptiskan.
Tidak ada yang salah dalam “berbagi praktik baik.” Terlebih lagi namanya juga sudah “praktik baik,” bahkan dalam dogma sosial, kita memang harus berbagi praktik baik.
Namun, ketika hal tersebut telah diputuskan masuk ke ranah media sosial dan masyarakat jaringan–yang dimana semua adalah pengondisian, skeptisme menjadi relevan sebagai filterisasi pesan.
Karena tentu, kita semua tidak ingin mendapat pendidikan dan pembelajaran yang penuh dengan kepura-puraan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.