Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Alfian Bahri
Guru Bahasa Indonesia

Aktivis Pendidikan, Penulis Lintas Media, dan Konten Kreator Pendidikan

Sekolah Bukan Tempat Laundry, Keluarga dan Masyarakat Perlu Terlibat

Kompas.com - 14/08/2023, 13:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kemudian pasal 5 (lima) ayat 1 (satu) menyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.

Psikolog Anak, Vera Itabiliana Hadiwidjojo bahkan mengatakan sekolah bukanlah tempat laundry, sehingga orangtua bisa menyerahkan anak kepada sekolah dan menerima hasil bersih.

Lebih lanjut, menurut dia, sudah banyak hasil penelitian yang mengatakan bahwa keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak justru dapat mendukung keberhasilan anak.

Keluarga dan masyarakat

Saya teringat kejadian beberapa waktu lalu, di warung kopi. Seorang TNI memarahi temannya karena si teman memberi rokok pada pengamen cilik. Alih-alih menasihati si pengamen, justru TNI itu memarahi temannya di depan si pengamen.

Kata yang paling saya ingat dan dengar sendiri adalah, “Meskipun dia merokok, tanggung jawabnya loh, dia masih kecil”. Tidak sampai situ, rokok itu diminta kembali dan diganti dengan uang.

Lalu cerita lainnya, ibu saya adalah pengajar kampung yang sering melatih siswa baca tulis hitung dasar. Suatu ketika, ada kakak beradik yang belajar di rumah. Si adik tidak sengaja membuat mainan robot saya putus di beberapa bagiannya.

Ibu saya yang melihatnya tidak banyak menegur, justru terus mendekati si adik agar tidak terlalu merasa bersalah.

Namun menariknya, tidak lama setelah mereka pulang, mereka kembali datang bersama ayahnya. Dengan rasa penuh tanggung jawab, si ayah meminta maaf pada ibu saya, dan kedua anaknya disuruh juga meminta maaf langsung. Saya yang melihat itu merasa begitu tersentuh.

Dari dua kejadian tersebut, saya jadi bertanya pada diri sendiri, apa itu yang dimaksud peran masyarakat dan keluarga dalam pendidikan?

Masyarakat dan keluarga jelas kurang bisa mengajarkan rumus-rumus matematika, fisika, gejala alam, analisis sosial, budaya, bahasa. Namun mereka sangat esensial dalam peran pendidikan. Di sinilah batas pendidikan dan pengajaran semakin jelas duduk peran fungsinya.

Terkadang, kontribusi atau aksi sederhana seperti TNI dan ayah anak tersebut gagal berkembang dan dibiasakan masyarakat. Alhasil, saat ada keburukan pada sikap seseorang anak, justifikasi langsung dibebankan pada sekolah.

Sampai timbul pernyataan “makanya sekolah yang pintar, biar….” ; “Pantas saja nakal, enggak disekolahkan orangtuanya”; “Di sekolah saja nakal, apalagi di rumah”; dsb.

Hal itu mengindikasikan ada pelimpahan beban pendidikan pada sekolah. Sekolah dianggap memunyai otoritas penuh. Sehingga sekolah menjadi semacam bengkel karakter di mana orangtua dan masyarakat tinggal duduk, menunggu perbaikannya selesai, dan akan membayar sesuai pelayanan yang diberikan.

Di sinilah pendidikan menjadi over fungsi. Fungsi yang seharusnya dibagi pada tiga ruang, direduksi, dan dimampatkan menjadi satu.

Persoalan menjadi meningkat, lantaran sekolah justru menutupi ketidakberdayaannya dalam mengemban pelimpahan fungsi tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com