Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar UGM: Ikan Wader Terancam Punah, Ini Faktornya

Kompas.com - 13/05/2023, 13:50 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Salah satu ikan yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah ikan wader. Tetapi, belum banyak yang tahu jika keberadaan ikan wader terancam punah.

Padahal ikan yang punya nama latin Rasbora lateristriata ini termasuk lauk murah yang bisa dijumpai di warung makanan manapun.

Tetapi temuan Guru Besar Ilmu Manajemen Sumberdaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Djumanto, justru memberikan fakta bahwa status kepunahan ikan wader ini dapat meningkat menjadi kritis.

Baca juga: Pakar UM: Batas Aman Makan Mi Instan, Paling Banyak 2 Kali Seminggu

Bisa disebut kritis, jika kualitas habitat ikan wader mengalami penurunan yang sangat drastis sehingga tidak cocok untuk berkembang biak.

Prof. Djumanto mengatakan, terdapat sejumlah faktor utama yang mengancam keberadaan ikan air tawar asli perairan darat termasuk ikan wader.

Ancaman tersebut sangat tinggi dengan jenis yang cukup beragam. Salah satunya adalah cara penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Misalnya menggunakan alat tangkap yang merusak seperti memakai setrum atau kejut listrik.

Selain itu, perilaku pemancing ikan maupun penggemar ikan yang kurang bertanggung jawab juga menjadi faktor.

Seperti melepaskan spesies ikan tertentu yang berakibat pada penurunan populasi ikan mangsa. Lalu, introduksi spesies asing yang invasif bisa menjadi kompetitor atau predator ikan asli.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: Suara Petasan Bisa Merusak Otak, Jantung dan Paru

Temuan yang ia kemukakan saat memaparkan pidato pengukuhan Guru Besar berjudul Tantangan Peningkatan Produksi dan Pelestarian Sumber Daya Ikan Asli Perairan Darat Indonesia, Selasa (9/5/2023) di Balai Senat UGM. Ia menjelaskan melalui gambaran perairan umum darat di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Saat ini perairan umum darat di Yogyakarta masih menyimpan sebanyak 47 jenis ikan meliputi 42 jenis ikan lokal atau asli dan 5 jenis ikan introduksi yakni ikan red devil, guppy, nila, sapu-sapu, dan ekor pedang.

Sementara berdasarkan status keberadaannya ada ikan berstatus risiko rendah sebanyak 83 persen, lalu ikan berstatus belum dievaluasi sebesar 13 persen, sedangkan yang berstatus informasi data kurang dan rentan masing-masing 2 persen.

“Spesies ikan yang berstatus rentan yaitu ikan wader (Rasbora lateristriata) bisa menjadi kritis ketika kualitas habitat ikan wader mengalami penurunan yang sangat drastis, sehingga tidak cocok untuk berkembang biak. Demikian halnya, ikan yang berstatus risiko rendah bisa menjadi rentan jika tingkat penangkapan dan gangguan antropogenik lainnya sangat tinggi,” urainya.

Cara melindungi dan melestarikan ikan wader

Perlindungan dan pelestarian terhadap ikan asli seperti ikan wader dikatakan Djumanto dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Yaitu pemanfaatan ikan terkendali, pembuatan reservat, penebaran atau restocking, pengendalian ikan invasif, domestikasi ikan asli, dan modifikasi habitat pemijahan.

Terkait modifikasi pemijahan, Djumanto menjelaskan bahwa sebagian besar ikan memijah bertepatan saat musim hujan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com