Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UM Surabaya: Suara Petasan Bisa Merusak Otak, Jantung dan Paru

Kompas.com - 30/04/2023, 11:49 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masyarakat geger dengan temuan berita bayi yang tewas akibat suara petasan.

Kejadian ini terjadi di Gresik Jawa Timur, dimana bayi berusia 38 hari berinisial HDN tersebut meninggal dunia usia kaget mendengar kerasnya ledakan petasan.

Bayi pasangan suami istri Nur Hasim dan Nur Faizah dikabarkan sempat mengalami kejang hingga sulit bernapas usai sang bayi mendengar ledakan petasan.

Dikabarkan kondisi bayi semakin memburuk hingga sampai akhirnya ia menghembuskan napas terakhir di RS Muhammadiyah Lamongan.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: Ini 5 Tips Cegah Obesitas Usai Lebaran

Masalah suara petasan yang dianggap sangat keras sering dikeluhkan banyak orang. Petasan sering dinyalakan saat momen lebaran. 

Seringkali dalam pemukiman padat, anak-anak hingga remaja justru menyalakan petasan tanpa mengenal waktu. 

Tetapi sebetulnya, seberapa kencang suara petasan bisa merusak pendengaran hingga menyebabkan kematian?

Terkait hal tersebut, Gina Noor Djalilah Dosen Spesialis Anak Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menjelaskan suara petasan atau ledakan memiliki ambang batas yang sangat berbahaya. 

Baca juga: 7 Cara Mencegah Kolesterol Naik Saat Lebaran dari Dosen UM Surabaya

Bahkan bisa berpengaruh pada organ pendengaran khususnya pada organ-organ vital seperti otak, jantung, paru dan lainnya.

“Pada suara petasan memiliki frekuensi 150-175 desibel sedangkan pada manusia ada di batas 30-90 desibel,” ujar Gina dilansir dari laman UM Surabaya.

Gina menyebut tekanan yang terlalu besar melampaui batas dapat merusak anggota otak.

Ia mengatakan, tekanan tersebut bisa mensensitisasi batang otak yang juga memiliki banyak fungsi seperti pusat pernapasan, pendengaran, dan pengaturan suhu.

“Sehingga selain pendengaran yang terganggu, tekanan yang besar yang dihasilkan dari suara petasan dapat menjadi faktor pencetus apabila bayi memiliki kelainan sejak lahir misal penyakit jantung bawaan, kejang saat bayi dan lainnya.

Jadi, penyebab dari pecah pembuluh bukan menjadi faktor penyebab utama. "Dan harus dilihat faktor-faktor pendukung lainnya dari bayi," imbuh Gina lagi.

Ia menjelaskan, suara keras dari petasan belum tentu menjadi penyebabnya namun bisa menjadi pemicu awal terjadinya kondisi tersebut.

Gina juga mengungkapkan, pada bayi masih terdapat reflek moro atau refleks kaget yang bisa muncul saat suara keras terjadi.

Ia menyebut, bayi berusia di bawah 60 hari rentan mengalami cedera kepala.

Terakhir, Gina menghimbau agar para orang tua lebih aware terkait permainan yang digunakan anak-anak saat bermain.

Baca juga: Masih Liburan? Yuk Coba 5 Tips Menurunkan Berat Badan

Hal ini bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pada kasus ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com