Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Imam Farisi
Dosen

Dosen FKIP Universitas Terbuka

Mengulik Jurnal Abal-abal

Kompas.com - 23/02/2023, 09:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
  1. Diterbitkan secara tidak berkala (irregularity);
  2. Sudah tidak aktif (inactive);
  3. Mengonversi jurnal dari “akses tertutup” ke “akses terbuka” tetapi tidak dilaporkan ke pengindeks;
  4. Memuat artikel yang tidak relevan dengan domain/lingkup jurnal;
  5. Menerbitkan artikel sangat banyak/tidak masuk akal dalam satu volume/nomor terbitan atau terjadi lonjakan jumlah artikel yang dipertanyakan;
  6. Memiliki edisi khusus yang mengakomodasi artikel ekstra “berbayar mahal”;
  7. Memiliki dewan editor yang tidak jelas lokasi, identitas, afiliasi, dan kualifikasinya;
  8. Melakukan proses review artikel hingga penerbitannya sangat cepat (fast track) atau bahkan tidak ada proses editorial/reviu sama sekali;
  9. Teridentifikasi bermasalah pada aspek Six Metrics dan Benchmarks, serta publication concerns (native-proofreading.com).

Data terbaru (Januari 2023) SCOPUS (https://www.scopus.com/) merelease 770 jurnal dari 471 penerbit yang dibatalkan/dihentikan indeksasinya. Alasan pembatalan atau penghentiannya adalah karena faktor:

  1. Publications concerns (65 persen). Faktor ini terkait dengan journal policy, type of peer review, diversity, content, abstract quality, citedness, conformity, regularity, dan online availability;
  2. Metrics (22 persen). Faktor ini terkait dengan derajat self-citation, total citation rate, cite score, number of articles, number of full – text cliks on, dan abstract usage on Scopus;
  3. Radar (11 persen). Faktor ini terkait dengan outlier yang melacak dan menganalisis keberkalaan, dan ada tidaknya lonjakan–lonjakan jumlah artikel yang dipublikasikan;
  4. Continuous curation (3 persen).

Faktor ini terkait dengan kurasi konten artikel secara berkelanjutan untuk memastikan kualitas artikel dan jurnal.

Dalam hal ini SCOPUS melibatkan para pakar dalam bidang keilmuan masing-masing di dalam Content Selection and Advisory Board (CSAB) (elsevier.com).

Mengapa jurnal abal-abal?

Tahun 2012 diklaim sebagai “the year of the predatory publisher”, sejalan dengan munculnya gerakan jurnal akses terbuka (open access journals) awal dekade 2000-an.

Ditandai terjadinya ledakan jumlah artikel yang dipublikasikan dengan estimasi antara 5-10 persen seluruh artikel yang diterbitkan saat itu, jauh melabihi jumlah publikasi ketika masih menggunakan model “subscription-based”.

Perubahan ini tentu saja juga berimplikasi pada peningkatan pendapatan yang diperoleh penerbit (Butler, 2013).

Sesuai hukum penawaran dan permintaan (supply & demand), semakin banyak dan tinggi permintaan akan suatu barang, maka penawaran pun semakin meningkat.

Jika permintaan (demand) lebih tinggi daripada penawaran (supply), maka ada tiga kemungkinan yang terjadi.

Pertama, jumlah penawaran ditingkatkan dengan kualitas yang sama. Kedua, jumlah penawaran ditingkatkan, tetapi dengan kualitas yang lebih rendah dan/atau menyediakan penawaran palsu/bajakan.

Ketiga, jumlah penawaran tetap dengan risiko akan terjadi antrean panjang permintaan.

Kemungkinan kedua dan ketiga inilah yang kemudian memicu dan memacu kemunculan jurnal abal-abal. Ketika jumlah penawaran ditingkatkan tetapi dengan kualitas yang lebih rendah dan/atau palsu/bajakan.

Data SCOPUS (per April 2022) menunjukkan jumlah jurnal bereputasi antara 2000—2011 meningkat 179 persen (13.615 jurnal), dengan rerata artikel yang dipublikasikan sebanyak 88 artikel per jurnal.

Sebaliknya, jumlah jurnal bereputasi antara 2012—2021 justru menurun 86 persen (4.525 jurnal), dengan rerata artikel yang dipublikasikan per jurnal meningkat menjadi 121 artikel per jurnal.

Data tersebut memperlihatkan sejak terjadinya lonjakan jumlah artikel tahun 2012, jumlah jurnal bereputasi tidak memadai lagi untuk mengimbangi peningkatan jumlah artikel yang mencapai 3.935.268 artikel per tahun sejak 2012—2021.

Situasi inilah yang kemudian memarakkan terbitnya jurnal abal-abal, yang kemudian juga memicu dan memacu kehadiran pemain luar (perseorangan atau korporasi) yang menawarkan jasa pengurusan secara cepat dengan imbal jasa yang tentu sangat mahal. Tergantung pada reputasi jurnal yang ditarget.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com