Data terbaru (Januari 2023) SCOPUS (https://www.scopus.com/) merelease 770 jurnal dari 471 penerbit yang dibatalkan/dihentikan indeksasinya. Alasan pembatalan atau penghentiannya adalah karena faktor:
Faktor ini terkait dengan kurasi konten artikel secara berkelanjutan untuk memastikan kualitas artikel dan jurnal.
Dalam hal ini SCOPUS melibatkan para pakar dalam bidang keilmuan masing-masing di dalam Content Selection and Advisory Board (CSAB) (elsevier.com).
Tahun 2012 diklaim sebagai “the year of the predatory publisher”, sejalan dengan munculnya gerakan jurnal akses terbuka (open access journals) awal dekade 2000-an.
Ditandai terjadinya ledakan jumlah artikel yang dipublikasikan dengan estimasi antara 5-10 persen seluruh artikel yang diterbitkan saat itu, jauh melabihi jumlah publikasi ketika masih menggunakan model “subscription-based”.
Perubahan ini tentu saja juga berimplikasi pada peningkatan pendapatan yang diperoleh penerbit (Butler, 2013).
Sesuai hukum penawaran dan permintaan (supply & demand), semakin banyak dan tinggi permintaan akan suatu barang, maka penawaran pun semakin meningkat.
Jika permintaan (demand) lebih tinggi daripada penawaran (supply), maka ada tiga kemungkinan yang terjadi.
Pertama, jumlah penawaran ditingkatkan dengan kualitas yang sama. Kedua, jumlah penawaran ditingkatkan, tetapi dengan kualitas yang lebih rendah dan/atau menyediakan penawaran palsu/bajakan.
Ketiga, jumlah penawaran tetap dengan risiko akan terjadi antrean panjang permintaan.
Kemungkinan kedua dan ketiga inilah yang kemudian memicu dan memacu kemunculan jurnal abal-abal. Ketika jumlah penawaran ditingkatkan tetapi dengan kualitas yang lebih rendah dan/atau palsu/bajakan.
Data SCOPUS (per April 2022) menunjukkan jumlah jurnal bereputasi antara 2000—2011 meningkat 179 persen (13.615 jurnal), dengan rerata artikel yang dipublikasikan sebanyak 88 artikel per jurnal.
Sebaliknya, jumlah jurnal bereputasi antara 2012—2021 justru menurun 86 persen (4.525 jurnal), dengan rerata artikel yang dipublikasikan per jurnal meningkat menjadi 121 artikel per jurnal.
Data tersebut memperlihatkan sejak terjadinya lonjakan jumlah artikel tahun 2012, jumlah jurnal bereputasi tidak memadai lagi untuk mengimbangi peningkatan jumlah artikel yang mencapai 3.935.268 artikel per tahun sejak 2012—2021.
Situasi inilah yang kemudian memarakkan terbitnya jurnal abal-abal, yang kemudian juga memicu dan memacu kehadiran pemain luar (perseorangan atau korporasi) yang menawarkan jasa pengurusan secara cepat dengan imbal jasa yang tentu sangat mahal. Tergantung pada reputasi jurnal yang ditarget.