Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Berperan Turunkan Stunting, TPK Paparkan Kendala Penanganan Stunting di Indonesia

Kompas.com - 29/12/2022, 10:04 WIB
Fransisca Andeska Gladiaventa,
A P Sari

Tim Redaksi

“Kami dibantu oleh LPMK dan Babinsa menjemput para keluarga stunting untuk makan di tempat kami dan mengajarkan pada anak-anak untuk mau makan makanan yang bergizi dan berasupan tinggi. Kemudian kami juga memberikan susu nutren dan minyak canola,” ucap Diah.

Apa yang disampaikan Diah sedikit berbeda dengan yang dikatakan Kader Keluarga Berencana (KB) Kota Binjai Eka Susiana. Ia sempat menemukan masalah selama merealisasikan program penurunan stunting di Kota Binjai.

Eka bercerita bahwa ia sempat menemukan keluarga stunting yang cukup menyedihkan. Sebab, keluarga ini memiliki anak usia di bawah dua tahun (baduta) yang menderita penyakit bawaan tuberkulosis (TBC) paru dan ibu hamil yang pecandu narkoba.

Baca juga: BKKBN Gandeng Tanoto Foundation dan Mitra Lain untuk Bantu Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting di Indonesia

Mengetahui kondisi tersebut, Eka bersama dengan Puskesmas Pembantu (Pustu) dan stakeholder lain melakukan pemantauan ke keluarga tersebut dengan memberikan makanan tambahan setiap bulannya.

Alhamdulillah, anak tersebut sudah sehat dan anak yang dikandung juga sudah lahir dengan sehat. Selain itu, kami juga membantu ibu tersebut untuk melakukan pemasangan alat kontrasepsi (alkon) dengan metode operasi wanita (MOW) sebagai langkah dalam menunda kehamilan,” jelas Eka.

Lebih lanjut Eka mengatakan, Kecamatan Binjai Timur menyediakan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dahsyat) yang menyediakan dan memberikan makanan bergizi untuk keluarga berisiko stunting.

Sayangnya, imbuh dia, Dahsyat masih menggunakan biaya dari para donatur yang ada, sehingga pemberian makanan bergizi tidak berjalan dengan rutin.

Oleh karenanya, Eka meminta bantuan instansi-instansi yang terlibat untuk berkenan memberikan donasi kepada para TPK di seluruh Indonesia.

“Sehingga dana yang diberikan tersebut dapat kami realisasikan untuk memberikan makanan bergizi setiap bulannya dengan rutin lewat Dahsyat dan dapat membantu kebutuhan lainnya dalam penurunan percepatan stunting di Kota Binjai,” jelas Eka.

Baca juga: Ibu Punya Peran Penting dalam Mencegah Stunting

Selanjutnya, ada Kader Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Eti Rohaeti yang bercerita mengenai perannya di daerah. Selama menjadi TPK, Eti mengaku menemukan banyak tantangan di lapangan.

Salah satu tantangan terberatnya adalah proses sosialisasi kepada para calon pengantin (cantin). Eti bertugas di daerah pegunungan, sehingga proses sosialisasi sering terkendala jarak dan cuaca.

“(Jarak dan cuaca) tidak menjadi halangan bagi kami TPK di Ciamis untuk mendatangi catin guna menerangkan masalah stunting,” ujarnya.

Eti menjelaskan, selain sosialisasi, pihaknya juga mendistribusikan pemberian makanan tambahan (PMT) bagi anak di bawah lima tahun (balita) stunting selama 90 hari.

Selain melakukan sosialisasi langsung kepada catin, kata dia, pihaknya bersama tim TPK melakukan pendistribusian PMT untuk anak di bawah lima tahun (balita) stunting selama 90 hari.

Baca juga: Kasus Stunting Capai 3,7 Persen Tahun 2022, Kabupaten Tangerang Terus Tekan hingga Nol

“PMT yang diberikan dan diolah sendiri oleh kami tersebut merupakan dana yang diberikan dari dana desa yang tentunya dengan bahan pangan lokal. Alhamdulillah dengan PMT dan melakukan pendampingan rutin, data yang diperoleh menyatakan adanya penurunan stunting yang signifikan,” ujar Eti.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com