Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

BKKBN Gandeng Tanoto Foundation dan Mitra Lain untuk Bantu Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting di Indonesia

Kompas.com - 24/09/2022, 10:12 WIB
Fransisca Andeska Gladiaventa,
Anissa DW

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berupaya memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak dalam mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia melalui implementasi program gizi terintegrasi.

Kali ini, BKKBN menggandeng sejumlah perusahaan swasta dan organisasi filantropi, yakni Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), Yayasan Bakti Barito, dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA).

Turut hadir pula pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui United States Agency for International Development (USAID) dalam acara penandatanganan nota kesepahaman (MoU) untuk membantu menekan prevalensi stunting di Indonesia yang ditargetkan turun sebanyak 14 persen pada 2024. Acara penanadatanganan ini dilaksanakan di Auditorium BKKBN, Jakarta, Jumat (23/9/2022).

Kepala BKKBN dokter Hasto mengatakan, upaya tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa seluruh lapisan masyarakat harus saling bekerja sama untuk menciptakan generasi unggul untuk Indonesia Maju.

“Berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dekat dengan indikator stunting. Maka dari itu, kami bersama-sama bergerak untuk meningkatkan human development indeks yang di dalamnya terdapat unsur kesehatan, pendidikan, dan pendapatan per kapita,” ungkap dr Hasto dalam keterangan pers yang diterima oleh Kompas.com, Sabtu (24/9/2022).

Baca juga: Cara Mencegah Stunting yang Membahayakan Tumbuh Kembang Anak

Tidak hanya human development indeks, dr Hasto mengatakan bahwa terdapat indikator baru, yaitu human capital indeks, yang turut menjadi perhatian serius yang perlu diselesaikan.

“Baik di dalam human development indeks maupun human capital indeks, unsur kualitas SDM menjadi focus of interest kita semua,” jelas dr Hasto.

Dokter Hasto menjelaskan, stunting sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan dan kualitas pendidikan. Pasalnya, dampak dari stunting dapat memengaruhi kemampuan intelektual yang di bawah standar.

“Hal tersebut akan menjadi masalah besar ketika Indonesia tengah menikmati manisnya bonus demografi, tetapi di sisi lain prevalensi stunting masih di angka 24,4 persen,” ujarnya.

Maka dari itu, ia mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang mau terlibat untuk meningkatkan kualitas SDM dari hulu hingga hilir dalam upaya menekan prevalensi stunting dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pengetahuan anak-anak Indonesia.

Baca juga: Webinar Generasi Bebas Stunting: Manajemen Data Kunci Kebijakan Penurunan Stunting

Suboptimal nutrition bagi 1.000 hari kehidupan pertama dari hulu sampai hilir, dari spesifik maupun sensitif, ternyata suboptimal health education dan pengetahuan kita ini masih sangat kurang,” jelas dr Hasto.

Hal itu, imbuhnya, semakin didukung dengan sebagian masyarakat di daerah terpencil yang masih melakukan buang air besar secara sembarangan sehingga sanitasi tidak bagus dan menimbulkan bakteri E-coli yang sangat serius dan membuat diare. Diare inilah yang membuat berat badan anak-anak menjadi tidak naik sehingga tinggi badan juga ikut tidak naik.

Lebih lanjut, dr Hasto berharap, kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan yang bersih, serta air dan sanitasi yang bagus semakin meningkat, disamping rumah yang layak huni.

“Oleh karena itu, BKKBN siap memberikan sumber data yang valid kepada seluruh mitranya mengenai rumah tidak layak huni, keluarga berisiko tinggi stunting hingga keluarga yang tidak memiliki sanitasi dan air bersih, by name by address,” ujar dr Hasto.

BKKBN, kata dia, sudah banyak melahirkan program dan beberapa sudah teruji untuk mengubah perilaku masyarakat. Salah satunya adalah penggalakan program dua anak cukup.

Baca juga: Tekan Stunting, Kemensos dan Tanoto Foundation Latih 14.621 Pendamping Sosial PKH

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com