Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Unair Soroti Dampak "Kongkow" bagi Anak Muda

Kompas.com - 03/12/2022, 10:33 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anak muda zaman sekarang tentu tidak asing dengan istilah kongkow atau nongkrong.

Bahkan kongkow di suatu kafe atau tempat makan sudah menjadi bagian dari rutinitas anak muda.

Saat ini kongkow atau nongkrong ini telah berkembang menjadi budaya yang kemudian diadopsi sebagai gaya hidup.

Dosen antropologi ragawi Universitas Airlangga (Unair) Rizky Sugianto Putri mengatakan, dari perspektif Biological Anthropology, dia mengatakan setiap tindakan manusia memengaruhi aspek fisik tubuh.

Baca juga: Mengenal Tradisi Pingitan bagi Calon Pengantin, Apa Tujuannya?

Dampak nongkrong atau kongkow untuk fisik anak muda

Salah satunya adalah aktivitas duduk yang paling sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, tak terkecuali saat nongkrong.

Dia menekankan, duduk dengan jangka panjang juga memiliki dampak.

Yaitu risiko nyeri leher dan tulang belakang yang mana dapat berakibat buruk terhadap postur tubuh seperti skoliosis hingga potensi mengalami penyakit osteoarthritis dan kardiovaskular.

"Maka generasi Z sebagai digital native perlu aware dengan bahaya tersebut," kata Rizky Sugianto Putri seperti dikutip dari laman Unair, Jumat (2/12/2022).

Dia menyampaikan, kalau tidak ingin merasakan sakit seperti generasi sebelumnya. Mulai sekarang harus stay active dengan mengutamakan lower body.

"Jadi duduknya dikurangi, berdirinya dibanyaki," ucap perempuan yang akrab disapa Kiki itu.

Dosen antropologi budaya Universitas Brawijaya Nabila Bidayah menambahkan, hubungan nongkrong atau kongkom dan eksistensi manusia.

Baca juga: Jelang SNPMB 2023, Catat Jadwal Resmi SNBP dan UTBK SNBT 2023

Nongkrong atau kongkow sudah jadi gaya hidup

Dia menekankan, kegiatan nongkrong tidak lepas dengan kafe sebagai tempat yang menggeser pola konsumsi sekaligus interaksi sosial.

Berbicara mengenai kafe tentu merujuk pada menu populer yakni kopi yang banyak diminati generasi muda.

Nongkrong dan ngopi inilah kemudian menjadi gaya hidup yang memperjualbelikan ruang dan simbol dengan prestise untuk menaikkan status sosial.

"Nah ini selaras sifat manusia yang butuh pengakuan, eksistensi, dan aktualisasi sehingga kebutuhan kalian tertutupi dengan kepuasan," beber Nabila.

Dia menambahkan, apabila berbicara distinction of taste dari Baudrillard yang membuat seseorang memiliki kebiasaan untuk berada dalam kelas sosial tertentu.

Baca juga: 5 Negara dengan Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia

Dampak dari nongkrong atau kongkow ini dibahas dalam seminar Nasional Antrofest 2022 bertajuk Budaya Kongkow sebagai Lifestyle Gen-Z Dilihat dari Perspektif Sosial Budaya dan Ragawi yang diadakan Himpunan Mahasiswa Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com