Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Antonius Ferry Timur
Konsultan

Konsultan dan pemerhati pendidikan dasar, Direktur Yayasan Abisatya Yogyakarta

Guru dan Perannya dalam Kurikulum Merdeka

Kompas.com - 25/11/2022, 13:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sedangkan guru inspiratif jumlahnya kurang dari 1 persen. Ia bukan guru yang mengejar kurikulum, tetapi mengajak murid-muridnya berfikir kreatif (maximum thinking).

Ia mengajak murid-muridnya melihat sesuatu dari luar (thinking out of box) mengubahnya di dalam lalu membawa kembali keluar, ke masyarakat luas.

Guru kurikulum melahirkan manajer-manajer handal, guru inspiratif melahirkan pemimpin baru yang berani menghancurkan aneka kebiasaan lama.

Kurikulum Merdeka lebih banyak membutuhkan guru inspiratif. Guru yang mengajar secara kaku dan hanya berpatokan pada kurikulum dan tidak kreatif tentu saja dapat menyebabkan situasi belajar menjadi membosankan dan siswa tidak berkembang.

Guru inspiratif akan melahirkan anak-anak yang imajinatif dan kreatif.

Utamakan guru

Tujuan utama kurikulum baru ini adalah membentuk profil Pelajar Pancasila yang memiliki enam dimensi: beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan beraklak mulia, mandiri, bernalar kritis, gotong royong, berkhebinekaan global, dan kreatif.

Tentu profil pelajar Pancasila ini harus didahului dengan pembentukan profil guru Pancasila. Untuk itu langkah pertama yang lakukan pemerintah adalah menyiapkan para guru. Baru kemudiaan yang lain-lain, termasuk kurikulum baru, kurikulum merdeka ini.

Mampukah guru Indonesia saat ini menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat? Mampukah para guru belajar secara mandiri melalui Platform Merdeka Mengajar? Atau lewat webinar, narasumber praktik baik dan komunitas belajar?

Pertanyaan ini harus dijawab dulu oleh pemerintah dan dibuktikan keberhasilannya.

Jadi menurut hemat penulis, kurikulum merdeka belum bisa mengubah apa-apa jika guru tidak digarap terlebih dahulu dan dipastikan sungguh memahami substansi kurikulum baru.

Pendidikan di Indonesia selalu menjadikan kurikulum sebagai tolak ukur berhasil atau tidaknya sistem pengajaran.

Padahal, kurikulum hanyalah benda mati, sehingga perubahan kurikulum bukanlah solusi dalam menyelesaikan masalah pendidikan.

Kapasitas dan kemampuan guru adalah hal yang harus terus diperbaharui setiap detik. Jika guru tidak memiliki kebaruan ilmu sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, maka pendidikan pun tidak akan mengalami perkembangan. Selamat Hari Guru!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com