Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Aditya, Jadi Wisudawan Tertua ITS pada Usia 63 Tahun

Kompas.com - 27/09/2022, 09:49 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Menuntut ilmu adalah perihal keberanian menginjakkan langkah pertama. Hal inilah yang diyakini Aditya Sutantio, wisudawan tertua pada Wisuda ke-126 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Wisudawan Departemen Teknik Sipil ITS ini berhasil menamatkan studi Doktor (S3) di usia 63 tahun 4 bulan dan resmi diwisuda pada Minggu (25/9)/2022.

Baca juga: 3 Kota Terbaik buat Mahasiswa Versi QS WUR 2023, Bandung Nomor 1

Melanjutkan pendidikan ke jenjang S3 awalnya tak pernah ada dalam benak pria yang akrab disapa Adit ini.

Dirinya yang sejak lulus dari jenjang Sarjana (S1) telah berkecimpung di dunia konstruksi memilih untuk fokus pada pekerjaan di lapangan dan menjalankan berbagai proyek.

Mulai dari jembatan, bendungan, hingga perumahan di pelosok Bali dan Nusa Tenggara.

Namun takdir berkata lain. Usai menamatkan pendidikan magisternya di Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi (SIMT) ITS 2009 silam, dia didaulat menjadi salah satu pengajar di SIMT ITS.

Meski di usia yang tak lagi muda, tuntutan menjadi pendidik menggerakkan hatinya untuk kembali mengenyam pendidikan.

"Hal ini pun tak lepas dari peran Prof. Yulinah, salah satu guru besar yang kerap mendorong saya," kata dia dalam keterangannya, Selasa (27/9/2022).

Jalani kuliah S3 di ITS hampir membuat nyerah

Bagi Adit, menjalani pendidikan S3 dengan kondisi fisik yang tak sebugar dulu menjadi tantangan yang luar biasa, bahkan pernah hampir membuatnya menyerah.

Baca juga: Profil Anies Baswedan, Mulai dari Pendidikan dan Jabatan Mentereng

Pria yang lahir tahun 1959 ini mengaku, terkadang cukup sulit untuk dapat membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan yang tak sedikit.

"Namun kebersamaan dengan mahasiswa doktoral lainnya membuat tugas yang dikerjakan terasa lebih ringan, kami juga sering belajar bersama," ungkap dia.

Tak hanya persoalan waktu, bapak dari dua anak ini juga pernah terkendala dengan tuntutan untuk menghasilkan publikasi ilmiah internasional yang kelak dijadikan disertasi.

"Publikasi ini sangat menantang bagi saya. Diperlukan ketekunan, kecermatan, dan kemampuan untuk menulis bahasa Inggris yang benar," ungkap dia.

Namun dengan dukungan sang istri serta para pembimbing, almarhum Prof. Nadjadji Anwar, Ir. I Putu Artama Wiguna MT. PhD, serta Prof. Erma Suryani membuat Adit terus berjuang meski telah mengalami empat kali penolakan publikasi.

Mengangkat topik disertasi tentang konstruksi berkelanjutan, akhirnya dia pun berhasil menerbitkan dua publikasi internasional sekaligus pada awal 2022.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com