Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Kata Toxic Ini Bisa Membuat Kamu Insecure tentang Masa Depan

Kompas.com - 17/09/2022, 09:30 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

“Sepuluh kata itu kadang menjadi permasalahan di kalangan anak muda. Di usia belasan dan dua puluhan, saya rasa belum waktunya untuk financial freedom atau passive income. Pun dengan passion yang seringkali malah menjadi penghalang," ujarnya.

Kuasai bidang-bidang masa depan

Ia juga mendorong anak-anak muda untuk tidak menjadi pribadi yang toxic dan mampu memanfaatkan kemajuan zaman.

Apalagi, saat ini ada situasi yang sedang genting terjadi di dunia. Bumi yang ditinggali manusia semakin padat, bahkan pada November 2022 mendatang jumlah manusia bertambah dari 7,9 miliar menjadi 8 miliar. Bahkan, China yang sebelumnya menjadi negara dengan penduduk terbanyak akan disalip oleh India.

Baca juga: 9 Pekerjaan Bersinar di 2024, Lulusan dari Jurusan Ini Banyak Dibutuhkan

“Pusat teknologi juga akan bergeser ke India. Saat ini mereka telah memiliki satelit sendiri hingga meluncurkan roket ke orbit Mars untuk melakukan misi. Kenapa? Karena dengan jumlah manusia yang semakin banyak, suhu bumi akan naik dan mencairkan salju sehingga menenggelamkan banyak pulau. Maka untuk mengakomodir manusia yang semakin banyak, negara-negara melakukan dua proyek besar yakni escape ke metaverse dan escape ke Mars,” tuturnya.

Menurut Rhenald, dalam menghadapi dunia metaverse dan artificial yang semakin maju, sumber daya manusia yang cakap diperlukan. Terutama yang menguasai bidang-bidang masa depan.

Maka, ia sangat mengapresiasi program Center for Future of Work (CFW) yang digagas dan dijalankan oleh UMM.

“Banyak orang yang berpikirnya terbatas pada current (saat ini) saja, tapi hanya segelintir yang melihat masa depan. Dan UMM menjadi salah satu yang melahirkan generasi dengan skill masa depan,” tambah guru besar bidang manajemen tersebut.

Baca juga: Beasiswa S1-S2 di 4 Kampus Singapura, Potongan Uang Kuliah hingga 100 Persen

Penulis buku "Change" itu juga mendorong mahasiswa untuk tidak menjadi generasi strawberry yang toxic. Generasi yang meski punya kecakapan tapi mentalnya rapuh. 

Sementara, Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir mengatakan Pesmaba merupakan suatu titik awal bagi mahasiswa baru untuk secara resmi bergabung dengan keluarga besar UMM. Ia juga berpesan untuk menguatkan tekad dan niat selama menimba ilmu di Kampus Putih.

"Dua hal itu adalah modal awal saudara untuk sukses di bangku perkuliahan. Kemudian jadikanlah kampus ini sebagai tempat kalian menjadi insan cendikia. Saudara juga harus memiliki tradisi besar layaknya orang-orang yang bermartabat. Terakhir, jadikanlah UMM sebagai tempat belajar Islam berkemajuan agar menjadi seorang muslim yang moderat," tegas Haedar.

Ia juga mendorong mahasiswa baru UMM agar mampu menjadi aktor-aktor pembangunan di manapun berada.

"Jadilah insan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan semesta. Insya Allah UMM akan menjadi taman pendidikan yang tepat untuk mengembangkan ilmu peradaban," ungkapnya.

Baca juga: BCA Buka 22 Lowongan Kerja Lulusan S1-S2 dari Semua Jurusan

Di sisi lain, Rektor UMM, Fauzan mengatakan bahwa untuk membangun sumber daya manusia (SDM) yang baik, UMM selalu mengundang tokoh-tokoh ternama.

"Pemikiran dan tekad yang dibawa Rhenald Kasali sama seperti misi yang sedang dikembangkan UMM. Dengan membangun Center for Future of Work (CFW), UMM mencoba untuk menjawab problematika dan permasalahan SDM di masa depan. Semoga apa yang kita kerjakan ini dapat memberikan semangat dan manfaat kepada bangsa," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com