Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Inovasi IPB University buat Atasi Kriris Pangan

Kompas.com - 11/08/2022, 08:39 WIB
Sandra Desi Caesaria

Penulis

 

KOMPAS.com - Antisipasi krisis pangan yang bisa melanda kapan saja, Institut Pertanian Bogor (IPB) University memiliki 4 inovasi pangan.

Melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), IPB University melaunching empat inovasi tersebut.

Rektor IPB University, Prof Arif Satria memperkenalkan empat inovasi dan inovator IPB University tersebut. Siapa saja dan apa inovasinya?

1. Ayam lokal pedaging unggul

Prof Cece Sumantri adalah inovator yang mengembangkan ayam lokal pedaging unggul IPB D1, D2 dan D3. Ayam ini diklaim tahan penyakit, tumbuh cepat dan memiliki daging dengan antioksidan tinggi sebagai pangan fungsional.

Baca juga: Solusi Banjir Jakarta Pakai Rumah Apung, Ini Inovasi Mahasiswa ITB

2. Varietas kedelai lahan pasang surut

Inovasi kedua adalah varietas kedelai lahan pasang surut dengan produktivitas tinggi yang dikembangkan oleh Prof Munif Ghulamahdi. Produktivitasnya bisa mencapai 4,63 ton per hektar.

“Telah diuji coba pada 500 hektar lahan dan rata-rata menghasilkan 2,5 ton per hektar. Inovasi ini sudah saya sampaikan ke Presiden sehingga dengan demikian Indonesia sebetulnya tidak perlu impor lagi,” ujarnya, dilansir dari laman IPB University saat launching hasil penelitian ini di Lobby Rektorat Kampus Dramaga, (10/8/2022).

3. Varietas kecipir dan kacang tunggak pengganti kedelai

Inovasi ketiga adalah varietas kecipir dan kacang tunggak sebagai pengganti kedelai, hasil karya inovator Prof Muhamad Syukur.

Dengan adanya kacang tunggak ini dapat mensubstitusi kedelai apabila terjadi kekurangan kedelai.

Baca juga: Caranya Kuliah Sambil Berbisnis, Ini Trik dari Dosen IPB

Rektor menyampaikan bahwa varietas kacang tunggak hasil inovasi Prof Syukur ini berwarna lebih putih sehingga baik untuk bahan tempe dan cita rasanya jauh lebih enak.

4. Tempe higienis fungsional

Inovasi keempat adalah tempe higienis fungsional untuk mendukung kesehatan dan pengembangan ekspor, hasil inovasi dari Prof Made Astawan.

“Empat inovasi ini sangat membanggakan dan harus terus didorong agar bisa meningkatkan add value untuk kemajuan pertanian Indonesia,” ucap Prof Arif Satria.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com