Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen FIB UB Sebut Hal Ini Jadikan "Oppa" Kata Baku Indonesia

Kompas.com - 18/07/2022, 18:09 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Kosakata "oppa" merupakan kata serapan dari bahasa Korea dan sudah sah sebagai Bahasa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan sudah masuknya kosakata tersebut di KBBI edisi terakhir (2021).

Secara teori, kata serapan masuk dengan 4 pola, yaitu adopsi, adaptasi (pada umumnya adaptasi fonologi), translasi, dan kreasi.

Baca juga: Kemendikbud Pastikan Kurikulum Merdeka Berjalan Sesuai Rencana

Karena tidak terjadi perubahan apapun pada pengucapan (struktur fonologi) dan penulisannya, kata oppa diserap secara adopsi oleh KBBI.

"Saya cek di KBBI kok sama penulisannya dengan pengucapan, padahal secara teori bahasa preskriptif, unsur konsonan sama dan berderet itu tidak baku. Hal ini karena ada kosakata opa juga dengan makna yang berbeda, sehingga penggunaan p ganda dipakai," ucap Dosen Prodi Bahasa dan Sastra FIB UB, Dr. Dany Ardhian seperti melansir laman UB, Senin (18/7/2022).

Adapun pertimbangan lain mengapa kosakata ini bisa masuk adalah dari frekuensi penggunaan yang sering di media, terutama media sosial (medsos).

Frekuensi penggunaan yang sering akan menyebabkan kosakata menjadi populer dan tentu orang perlu menelusuri makna yang dimaksud.

"Tentu saja Badan Bahasa bertanggungjawab untuk menjelaskannya," jelas dia.

Di samping itu, sebut dia, kosakata Bahasa Indonesia tidak ada untuk pemaknaan seperti makna kata oppa, yaitu panggilan dari perempuan kepada laki-laki lebih tua, biasanya yang memiliki hubungan dekat atau sudah kenal cukup lama.

"Bahasa Indonesia mempunyai kosakata mas, paklik, dan pakde, tetapi maknanya bisa bebas gender. Artinya kita tidak punya kosakata itu, sehingga untuk mengisi kekosongan leksikal (baca kata), masuklah kosakata itu ke KBBI, kebetulannya dari bahasa Korea," tutur dia.

Baca juga: Kasus Tanda Tangan Palsu, Rektor Unila Buka Suara

Dia juga menjelaskan adanya alasan lain bahwa kosakata ini ada unsur honorifiknya.

Honorifik ini untuk penghormatan kepada seseorang, bisa karena faktor usia, status sosial, gender, atau agama.

Ini menjadi alasan bagus bagi Badan Bahasa untuk memasukkan kosakata ini.

Bayangkan saja, banyak kosakata baru yang bermunculan, tetapi tidak terakomodasi (seperti kata-kata kotor, tabu, kasar), meskipun sudah populer di masyarakat.

Terkait penggunaannya, saat ini hanya masih terlibat dalam bahasa lisan. Belum sampai pada ragam bahasa tulis resmi.

"Mungkin nanti, seiring berjalannya waktu dan tidak ada kosakata daerah yang menggantikannya, kosakata ini akan dipakai dalam bahasa tulis resmi," jelas Dr. Dany Ardhian.

Secara semantik, makna kata yang muncul terutama kata serapan, cenderung mengalami pergeseran.

"Itu akan tergeneralisasi (meluas) dan lebih amelioratif (baik). Tidak hanya untuk wanita kepada pria yang lebih tua dan akrab, mungkin juga terjadi penambahan fitur semantiknya, seperti orang disegani. Selaras teorinya, unsur honorifik akan berjalan lurus untuk selalu menambah daya honorifiknya. Mungkin saja nanti kata oppa bisa digunakan untuk seorang bawahan (wanita) kepada atasannya (pria)," tegas dia.

Baca juga: Dokter Unair Ungkap Perbedaan Ganja Medis dengan Ganja Rekreasional

Selain kata oppa, ada beberapa kosakata Bahasa Korea yang terdaftar di KBBI, antara lain bingsu, bibimbap, kimci, bulgogi, mandu, mokbang, hanbok, gocujang, manhwa, dan bancan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com