Studi yang penulis lakukan menunjukkan bahwa fungsi working memory dapat menjadi acuan yang paling mewakili kemampuan seseorang dalam hal atensi dibandingkan dua fungsi lainnya.
Memori kerja (working memory) berkenaan dengan kemampuan seseorang untuk menerima, mempertahankan dan memanipulasi stimulus (informasi) dalam pusat ingatan.
Fungsi ini sering dianggap sebagai pusat dari fleksibilitas atensi untuk fokus pada tugas yang sedang dihadapi; memusatkan atensi pada stimulus yang sesuai, serta mengabaikan stimulus yang tidak sesuai (Schneider & McGrew, 2012).
Dalam studi yang dilaksanakan penulis, serangkaian permainan menjadi salah satu teknik untuk mengukur kemampuan siswa dalam mempertahankan atensi.
Pada permainan yang pertama, siswa diminta memperhatikan dan mengingat baik-baik, angka pada kartu-kartu yang ditampilkan.
Setelah itu siswa diminta mengurutkan kartu-kartu angka tersebut, mulai dari angka yang terkecil sampai angka yang terbesar.
Selanjutnya pada permainan yang kedua, siswa diminta untuk memperhatikan dan mengingat posisi kotak-kotak beserta isinya.
Kemudian setelah diacak susunannya, siswa harus menemukan pasangan kotak yang sama isinya.
Kedua permainan itu dilakukan dalam batasan waktu, sehingga siswa perlu memusatkan atensinya dan mengandalkan ingatannya untuk menyimpan informasi yang diterima.
Kemudian dalam waktu yang relatif singkat, siswa menggunakannya kembali (recall the information) untuk memberikan respons jawaban.
Kegiatan dengan konsep yang sama dengan permainan di atas, dapat digunakan guru untuk mendeteksi dini kendala atensi yang dialami siswa.
Tentunya teknik tersebut merupakan pelengkap dari pengamatan langsung oleh guru terhadap siswa.
Pengamatan langsung guru kepada siswa dapat menjadi kontribusi teknik yang signifikan untuk mendeteksi masalah atensi, karena dilakukan di antara teman sebayanya (Saputro, 2009).
Deteksi dini hanyalah bagian awal dari proses penanganan siswa dengan masalah atensi. Namun, deteksi ini dapat membantu guru untuk mengetahui permasalahan siswa dan selanjutnya memahami dan bertindak sesuai dengan kebutuhan siswa.
Berbagai penelitian dalam literatur ilmiah yang dapat diakses melalui google.scholar, telah menemukan berbagai intervensi untuk menangani siswa dengan masalah atensi.
Secara sederhana, meminta siswa duduk di bangku bagian depan adalah cara mengurangi distraksi, yang sudah diterapkan guru sejak puluhan tahun lalu.
Demikian pula keteraturan yang rutin dalam pengerjaan tugas atau pekerjaan rumah, dapat membantu siswa dengan masalah atensi untuk lebih fokus terhadap tugasnya.
Oleh karena tulisan ini berfokus pada deteksi dini masalah atensi, maka intervensi untuk penanganannya dibahas dalam tulisan lain.
*Antania Djuwita, Mahasiswa Prodi Magister Psikologi Profesi Universitas Tarumanagara
Sri Tiatri dan Pamela Hendra Heng, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.