Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Teknik bagi Guru untuk Mendeteksi Masalah Atensi Siswa

Ibu Guru: Rio, kamu memperhatikan penjelasan ibu, tidak?
Rio: ee…, hmm.., gimana bu? (tersentak kaget sambil garuk-garuk kepala)
Ibu Guru: makanya fokus, Rio! Fokus! Berapa kali ibu ingatkan kamu jangan melamun terus.

DEMIKIAN sepenggal percakapan antara guru dengan siswa, yang mengilustrasikan bagaimana frustasinya seorang guru saat berhadapan dengan siswa yang sulit memusatkan atensi (perhatian).

Sebenarnya masalah atensi umum kita dengar, baik di kalangan anak-anak maupun orang dewasa.

Mulai dari keluhan sulit memusatkan atensi saat mendengarkan informasi, sulit mempertahankan atensi pada hal yang sedang dikerjakan, hingga Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) yang berdampak pada hasil belajar atau kinerja seseorang.

Charlotte Mason, seorang pemerhati pendidikan, menyatakan bahwa kebiasaan untuk menjaga perhatian (habit of attention) adalah ciri manusia profesional.

Tanpa hal tersebut, pikiran akan selalu terseret dalam berbagai arus, ide-ide yang senantiasa melintas di otak secara silih berganti (Ellen, 2013).

Kemampuan untuk memusatkan serta mempertahankan perhatian selama periode waktu tertentu, atau yang biasa dikenal dengan sustained attention (konsentrasi), sangat dibutuhkan dalam proses belajar.

Seperti, misalnya, saat seseorang sedang membaca bab dari buku dari awal hingga selesai tanpa henti (Santrock, 2008).

Tantangan guru: siswa dengan masalah atensi

Dalam pembahasan mengenai masalah atensi, perlu diketahui bahwa prevalensi GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) di Indonesia, termasuk cukup tinggi angkanya, yaitu mencapai 26,4 persen (Awiria & Dariyanto, 2020).

Salah satu kendala yang dihadapi para guru dalam mengajar adalah saat berhadapan siswa dengan masalah atensi.

Dalam situasi demikian, seringkali emosi guru menjadi kurang stabil. Bukan hanya guru yang menjadi mudah marah dan frustrasi, namun kondisi emosi siswa juga terdampak (Anwar, 2014).

Andaikan guru dapat mendeteksi lebih awal siswa dengan masalah atensi, maka menjadi lebih memungkinkan bagi guru untuk menyusun strategi pembelajaran guna menanganinya dengan lebih baik (Gemilang, 2016; Commodari, 2017).

Lantas, bagaimana mendeteksinya?

Penulis melakukan studi yang terkait beberapa fungsi utama kognitif manusia. Fungsi kognitif yang berkaitan erat dengan fungsi atensi antara lain Gf (fluid intelligence), Gwm (working memory), Gs (speed processing).

Studi yang penulis lakukan menunjukkan bahwa fungsi working memory dapat menjadi acuan yang paling mewakili kemampuan seseorang dalam hal atensi dibandingkan dua fungsi lainnya.

Memori kerja (working memory) berkenaan dengan kemampuan seseorang untuk menerima, mempertahankan dan memanipulasi stimulus (informasi) dalam pusat ingatan.

Fungsi ini sering dianggap sebagai pusat dari fleksibilitas atensi untuk fokus pada tugas yang sedang dihadapi; memusatkan atensi pada stimulus yang sesuai, serta mengabaikan stimulus yang tidak sesuai (Schneider & McGrew, 2012).

Sambil bermain, sambil mendeteksi

Dalam studi yang dilaksanakan penulis, serangkaian permainan menjadi salah satu teknik untuk mengukur kemampuan siswa dalam mempertahankan atensi.

Pada permainan yang pertama, siswa diminta memperhatikan dan mengingat baik-baik, angka pada kartu-kartu yang ditampilkan.

Setelah itu siswa diminta mengurutkan kartu-kartu angka tersebut, mulai dari angka yang terkecil sampai angka yang terbesar.

Selanjutnya pada permainan yang kedua, siswa diminta untuk memperhatikan dan mengingat posisi kotak-kotak beserta isinya.

Kemudian setelah diacak susunannya, siswa harus menemukan pasangan kotak yang sama isinya.

Kedua permainan itu dilakukan dalam batasan waktu, sehingga siswa perlu memusatkan atensinya dan mengandalkan ingatannya untuk menyimpan informasi yang diterima.

Kemudian dalam waktu yang relatif singkat, siswa menggunakannya kembali (recall the information) untuk memberikan respons jawaban.

Kegiatan dengan konsep yang sama dengan permainan di atas, dapat digunakan guru untuk mendeteksi dini kendala atensi yang dialami siswa.

Tentunya teknik tersebut merupakan pelengkap dari pengamatan langsung oleh guru terhadap siswa.

Pengamatan langsung guru kepada siswa dapat menjadi kontribusi teknik yang signifikan untuk mendeteksi masalah atensi, karena dilakukan di antara teman sebayanya (Saputro, 2009).

Deteksi dini hanyalah bagian awal dari proses penanganan siswa dengan masalah atensi. Namun, deteksi ini dapat membantu guru untuk mengetahui permasalahan siswa dan selanjutnya memahami dan bertindak sesuai dengan kebutuhan siswa.

Berbagai penelitian dalam literatur ilmiah yang dapat diakses melalui google.scholar, telah menemukan berbagai intervensi untuk menangani siswa dengan masalah atensi.

Secara sederhana, meminta siswa duduk di bangku bagian depan adalah cara mengurangi distraksi, yang sudah diterapkan guru sejak puluhan tahun lalu.

Demikian pula keteraturan yang rutin dalam pengerjaan tugas atau pekerjaan rumah, dapat membantu siswa dengan masalah atensi untuk lebih fokus terhadap tugasnya.

Oleh karena tulisan ini berfokus pada deteksi dini masalah atensi, maka intervensi untuk penanganannya dibahas dalam tulisan lain.

*Antania Djuwita, Mahasiswa Prodi Magister Psikologi Profesi Universitas Tarumanagara
Sri Tiatri dan Pamela Hendra Heng, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

https://www.kompas.com/edu/read/2022/06/04/070000771/teknik-bagi-guru-untuk-mendeteksi-masalah-atensi-siswa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke