Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Learning Loss, Kurikulum Prototipe dan Aspirasi Karier Talenta Muda

Kompas.com - 16/02/2022, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hal ini supaya anak muda lebih kreatif dan inovatif karena anak muda memiliki ide yang brilian dan seringnya out of the box.

Institusi pendidikan perlu sensitif melihat kemampuan dan kekuatan anak muda saat ini dan mengakomodir kreativitas mereka.

Selain dari institusi pendidikan, peran pendidik juga punya peran sangat vital. Misalnya, peran pendidik harus berubah dari sumber ilmu menjadi fasilitator.

Pendidik lebih mendorong siswanya untuk lebih aktif dalam mencari ilmu pengetahuan, sehingga siswanya diharapkan menjadi mandiri dan kreatif karena pada dasarnya, tujuan pendidikan adalah menghasilkan sumber daya manusia yang unggul, inovatif, dan berkarakter baik.

Pendidik perlu mengenal pelajarnya lebih dalam dan terindividualisasi. Tidak sama seperti peran pendidik sebagai sumber ilmu.

Pendidik perlu memiliki kemampuan untuk memetakan potensi dan kemampuan setiap pelajarnya agar pendidik bisa membimbing pelajarnya ke arah yang tepat.

Tentunya, pendidik dituntut untuk memiliki mindset adaptif bahwa setiap pelajar berbeda karakternya, sehingga pendekatannya juga berbeda setiap orangnya.

Pendidik perlu mengenal lebih jauh tentang minat dan bakat pelajarnya sehingga dapat membimbing mereka dengan lebih tepat.

Pendidik juga tidak perlu terkejut jika pelajar lebih up-to-date. Terlebih, saat ini ilmu pengetahuan sudah bisa diakses kapan saja dan di mana saja.

Hal ini karena sudah menjamurnya banyak kursus online dan konten edukatif di internet.

Seperti contoh, survei belajar dari rumah Kemendikbudristek tahun 2020 mengungkapkan bahwa ada 59,7 persen pelajar SMA dan 49,1 persen pelajar SMK yang belajar dari YouTube.

Namun, pendidik punya tugas besar untuk menavigasikan pengetahuan yang mereka miliki ke hal yang dapat mendukungnya meraih aspirasi karier mereka.

Kedua adalah pedoman dan pendampingan. Kurikulum prototipe yang merupakan revisi dari kurikulum 2013 berbeda secara praktis dari kurikulum sebelumnya.

Tidak semua sekolah memahami keseluruhan praktiknya dan mungkin juga tidak semua sekolah memiliki kemampuan untuk menjalankan kurikulum itu.

Oleh karena itu, setiap sekolah membutuhkan pedoman agar bisa mengoptimalkan kurikulum yang baru ini.

Kemendikbudristek juga perlu memahami bahwa tidak semua institusi pendidikan memiliki infrastuktur dan kualitas yang memadai.

Kesenjangan pendidikan di Indonesia seringnya menjadi masalah yang sampai sekarang belum terselesaikan.

Contoh nyatanya adalah, menurut BPS 2018, hanya 25 persen sekolah di Maluku dan Papua yang memiliki sinyal internet yang kuat.

Tidak bisa dipungkiri juga bahwa akan ada institusi pendidikan, yang meskipun belum memiliki kemampuan memadai, tetapi harus menjalankan kurikulum ini.

Pemerintah perlu mendampingi institusi pendidikan seperti ini agar setiap lembaga pendidikan, baik yang bagus kualitasnya maupun yang sedang berkembang, bisa mempraktikkan pembelajaran yang lebih student-oriented.

Tidak hanya peran institusi pendidikan dan aktor lainnya, orangtua juga memiliki peran yang hanya mereka yang bisa melakukan.

Orangtua perlu akomodatif terhadap aspirasi karier anak muda. Pandemi tentunya membuat anak muda lebih banyak di rumah, sehingga orangtua punya keunggulan melihat perkembangan anaknya secara langsung.

Orangtua sebisa mungkin tidak memaksakan kehendaknya dan mendukung pilihan karier anak muda.

Pada intinya, perubahan yang dilakukan Kemendikbudristek tidak bisa berjalan jika tidak berlandaskan kolaborasi.

Kolaborasi tidak hanya dalam bentuk seperti membuat kebijakan bersama, tetapi juga setiap stakeholder menjalankan perannya dengan konsisten dibarengi komitmen yang kuat.

Setiap aktor memiliki peran yang hanya mereka bisa jalankan dan tentunya mereka sadar akan hal itu. Bagi saya, itu salah satu kunci suksesnya pendidikan kita.

Pendidikan saat ini sedang berjalan menuju transformasi yang dibutuhkan. Tentu saja ada banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan.

Transformasi ini tidak bisa berjalan apabila tidak semua aktor menjalankan peran yang bisa dilakukan.

Indonesia di masa depan akan menjadi salah satu negara terbesar di dunia dari segi ekonomi. Anak muda menjadi kunci terhadap pencapaian tersebut.

Oleh karena itu, mari kita dorong dan fasilitasi sebanyak mungkin apa yang menjadi harapan anak muda terhadap pendidikan Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com