Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti IPB Ungkap "Misteri" Kerbau Belang Toraja Seharga Ratusan Juta

Kompas.com - 19/01/2022, 09:53 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Bagi masyarakat Toraja, kerbau belang tidak saja melambangkan kesejahteraan pemiliknya namun juga merupakan bagian penting dalam upacara Rambu Solo.

Guru Besar Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan IPB University, Prof Ronny Rachman Noor mengatakan keberadaan kerbau belang di Tana Toraja sangat penting bagi masyarakat setempat terkait dengan budaya dan kepercayaan setempat yang diwariskan secara turun menurun.

Dalam ritual Rambu Solo, lanjut Ronny, kerbau dipercaya merupakan kekuatan dan wahana arwah untuk mencapai nirwana. Semakin banyak kerbau yang dikorbankan dalam ritual pemakaman ini maka dipercaya akan semakin baik kehidupan mendiang di alam baka.

“Oleh sebab itu harga seekor kerbau belang berkisar antara ratusan juta sampai 1 miliar rupiah dan sangat tergantung pada pola warna kerbau belang ini,” ujarnya seperti dilansir dari laman IPB, Rabu (19/1/2022).

Baca juga: Banyak Anak Dirawat karena Omicron, IDAI: Tahan Diri PTM 100 Persen

Menurut Ronny, kerbau belang yang ada di Tana Toraja memiliki pola warna yang berbeda-beda dan masing-masing memiliki nama sendiri.

Salah satu pola warna yang paling penting dan berharga adalah yang dinamakan Tedong Bonga Saleko.

Kerbau belang yang masuk kategori Tedong Bonga Saleko memiliki warna dasar hitam dengan corak warna putih dengan ciri khas pola tertentu. Jarangnya kemunculan kerbau belang dengan pola warna ini membuat harga seekor Tedong Bonga Saleko dapat mencapai 1 milyar rupiah,” ujarnya.

Menguak rahasia di balik uniknya pola warna kerbau belang

Dalam rangka melestarikan keberadaan sumber daya genetik ternak lokal yang sangat unik ini, tim peneliti gabungan dari Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Swedish Agriculture University (Swedia) dan Uppsala University (Swedia) telah melakukan upaya untuk menguak "misteri" di balik uniknya pola warna kerbau belang ini.

Baca juga: 8 Hutan Paling Seram di Dunia, Salah Satunya di Indonesia

Menurutnya, "misteri" munculnya pola warna yang sangat khas pada kerbau belang ini memang sudah lama menarik perhatian ilmuwan untuk menguak rahasia ini.

Ronny memaparkan, penelitian ini dinilai sangat strategis dan penting, mengingat di lapangan keberadaan kerbau belang ini terancam punah karena tingkat mortalitas embrio dan anak yang tinggi, tingkat kesuburannya juga rendah dan belum diketahuinya mekanisme penyebab munculnya pola belang dan pola pewarisannya.

Namun, salah satu faktor yang membuat penelitian ini tidak dapat dilakukan dengan secara mendalam adalah karena pemilik kerbau belang ini umumnya tidak memperbolehkan kerbaunya menjadi objek penelitian.

“Bagi pemiliknya, kerbau belang ini memang diperlakukan dengan sangat istimewa dan tidak boleh sembarang orang menyentuh kerbaunya,” ujar Ronny.

Namun, setelah melakukan kesepakatan dengan tetua dan masyarakat adat, tim peneliti ini diizinkan untuk mengambil sperma kerbau belang yang telah dikorbankan dalam upacara dan diambil dari saluran epididymis.

"Walaupun kerbau sudah mati, sperma masih dapat hidup dan bertahan di saluran epididymis selama beberapa saat,” ujar Prof Ronny.

Baca juga: 5 Negara dengan Populasi Terbanyak di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?

Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh peneliti untuk mengambil materi genetiknya untuk selanjutnya dianalisa runutan basa gennya untuk mengetahui basis genetik apa sebenarnya yang menyebabkan kerbau ini memiliki pola warna yang sangat khas. Dalam penjelasannya Prof Ronny mengatakan,

“Sperma ini selanjutnya dibekukan dengan menggunakan nitrogen cair sebelum dianalisa lebih lanjut. Di samping itu, karena jumlah sperma kerbau belang ini relatif sedikit maka tim peneliti juga mengembangkan dan menggunakan teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection. Sehingga jumlah sperma yang sangat sedikit ini dapat digunakan dengan baik untuk melakukan inseminasi buatan,” ujarnya.

Menurutnya, dengan menggunakan teknologi ini hanya diperlukan satu sperma yang viable untuk membuahi sel telur sehingga dapat menghasilkan embrio. Selanjutnya dengan menggunakan teknik embrio transfer, embrio ini ditanamkan pada dinding uterus kerbau betina lain.

Prof Ronny menjelaskan bahwa penggunaan teknik ini memungkinkan kerbau belang dapat diperbanyak populasi dan juga dijaga kelestariannya. Di samping itu, embrio kerbau belang beku ini dapat disimpan dalam waktu cukup lama sebelum digunakan untuk embrio transfer.

Baca juga: Biaya Kuliah S1 Kedokteran di UI, UGM, Undip, Unpad, Unair

“Selanjutnya kami melakukan analisis DNA untuk mengetahui mekanisme genetik pemunculan pola belang ini. Analisis DNA yang dilakukan difokuskan pada gen microphthalmia-associated transcription factor (MITF) yang secara umum mengatur kemunculan warna totol totol (spotted) pada kerbau rawa Asia (Bubalus bubalis carabanensis),” ujar Ronny.

Dalam mendeteksi terjadinya mutasi di gen ini, imbuhnya, semua ekson MITF serta daerah intron serta pengapitnya diteliti dengan seksama. Di samping itu, dianalisa juga MITF cDNA mewakili jaringan kulit dan iris kerbau belang, kerbau biasa (normal) dan kerbau albino dirunut DNA-nya untuk mendeteksi mutasi dan membandingkannya.

Menurut Ronny, hasil penelusuran DNA kerbau belang ini menunjukkan bahwa kemunculan pola belang ini disebabkan karena adanya mutasi DNA di gen MITF.

“Ada dua mutasi independen yang dinamakan loss-of-function mutations yang terjadi yaitu premature stop codon (c.328C>T, p.Arg110*) dan donor splice-site mutation (c.840+2T>A, p.Glu281_Leu282Ins8). Kedua mutasi DNA inilah yang menyebabkan kerbau Toraja memiliki pola warna belang,” ujar dia.

Keberhasilan tim peneliti mengidentifikasi dan menguak rahasia di balik munculnya pola belang pada kerbau Toraja ini tentunya sangat penting dalam upaya melestarikan keberadaan kerbau belang yang dianggap sakral dan sudah mengakar pada budaya masyarakat setempat.

Baca juga: 7 Tanda Anak Cerdas dan Berpotensi Punya IQ Tinggi

“Ke depan, embrio kerbau belang yang memiliki mutasi sangat spesifik ini dapat dikembangkan untuk memperbanyak populasi kerbau belang jika pada suatu saat nanti kerbau belang Toraja statusnya langka dan hampir punah,” ujar Ronny.

Menurut Ronny, dengan diketahuinya penyebab dan mekanisme kemunculan warna belang pada kerbau Toraja ini maka keberadaan kerbau belang yang merupakan salah satu plasma nutfah khas Indonesia ini dapat dilestarikan dengan menggunakan pendekatan budaya dan teknologi modern.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com