Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uniknya Museum Anak Bajang di Sleman, Tempat Belajar dan Berkesenian

Kompas.com - 28/09/2021, 10:49 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Museum tidak hanya memajang benda-benda bersejarah untuk dilihat pengunjungnya.

Namun museum juga bisa dijadikan tempat untuk belajar bersama, mencari inspirasi, mencari keterangan dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Semua itu bisa diperoleh di Museum Anak Bajang yang berada di Omah Petroek, Wonorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman.

Peresmian Museum Anak Bajang ini dikemas dalam acara Festival Anak Bajang yang diadakan secara luring dan daring, Senin (27/9/2021).

Baca juga: Webinar Undiksha: Tips Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi

Festival Anak Bajang

Dalam rangkaian Festival Anak Bajang juga dibarengi dengan beberapa agenda lainnya. Yakni peluncuran cerita bersambung Anak Bajang Mengayun Bulan karya Rama Sindhunata di Harian Kompas setiap hari sebanyak 150 episode. Peringatan 40 tahun Anak Bajang Menggiring Angin ditandai dengan peluncuran edisi cetak-ulang karya Rama Sindhunata.

Serta pameran lukisan 'Sukrosono' oleh Susilo Budi, pentas tari oleh sanggar tari Bambang Paningron dan pementasan wayang 'Sumantri Ngenger' oleh Ki Purwoko.

Berdirinya Museum Anak Bajang dirintisnya budayawan GP Sindhunata pada tahun 2000. Museum ini memiliki koleksi karya jurnalistik, seni dan budaya. Berdirinya Museum Anak Bajang mencerminkan kepedulian seniman, budayawan, dosen, jurnalis serta kelompok lainnya.

Museum menjadi tempat multikultural dan multiagama

Museum memiliki 500 obyek koleksi dan 1.500 properti seni dan budaya benda display di dalam dan luar ruangan.

Baca juga: Disdik DKI Jakarta Tak Temukan Kasus Positif Covid-19 di 25 Sekolah

Koleksi dan properti sumbangan dari sekitar 100 seniman dan seniwati di seluruh Indonesia GP Sindhunata mengatakan, berdirinya Museum Anak bajang ini bukan hanya sebagai sebuah kebetulan. Tapi juga bisa dikatakan buah dari perjalanan yang sangat panjang.

"Dalam ingatan saya sama sekali tidak ada bayangan Omah Petroek ada museum. Dulu masih rimba, kita berjalan pelan-pelan sesuai kemampuan dan kebaikan banyak orang," ungkap Rama Sindhunata.

Rama Sindhunata menambahkan, para seniman atau siapapun yang berprihatin pada tempat ini menyumbangkan karya hingga akhirnya Museum Anak Bajang menjadi tempat multikultural dan multiagama.

Menurut Rama Sindhunata, Museum Anak Bajang merupakan bagian dari Omah Petroek. Tempat semua orang berkumpul dari kalangamn apapun, tempat berkesenian dan tempat menghidupi seni tradisi.

"Lalu ini makin digaris bawahi keterlibatan begitu banyak orang, dipikirkan sebaiknya dibuat sebagai museum dan layak pelan-pelan diatur ke arah sana (museum)," imbuh Rama Sindhunata.

Baca juga: Krim Antijerawat dari Kulit Durian Inovasi Mahasiswa UB

Ada ruangan berisi koleksi Jakob Oetama

Museum Anak Bajang terdiri dari 6 bangunan, komplek Ashram Anak Bajang, komplek Kapujanggan, komplek Sanggar Pamujan, komplek Panyarikan, komplek Omah Petroek dan komplek Sekolahe Petroek.

Tiap ruangan dalam Museum Anak Bajang ini merepresentasikan beberapa hal. Salah satunya komplek Panyarikan yang didedikasikan kepada para pekerja media dan dunia jurnalistik. Di komplek Panyarikan berisi replika dan koleksi dari Jakob Oetama pendiri grup media Kompas Gramedia.

Selain itu di komplek Panyarikan juga berisi koleksi foto dan dokumentasi Harian Kompas sejak tahun 1960-an. 

Baca juga: 4 Tips Dapat Pekerjaan Impian bagi Fresh Graduate

Museum Anak Bajang sebagai laboratorium hidup

Sementara itu Kepala Museum Anak Bajang Rhoma Dwi Aria Yuliantri menambahkan, salah satu program Museum Anak Bajang adalah memfasilitasi para seniman. Misalnya ada gamelan dan wayang digunakan masyarakat sekitar untuk latihan, untuk pertunjukan dan lain sebagainya.

Rhoma menambahkan, Museum Anak Bajang berupaya bersinergi dengan masyarakat sekitar untuk menumbuhkan kebudayaan di sekitar museum.

Di sisi lain, Museum Anak Bajang juga sudah melakukan kurikulum Merdeka Belajar dengan bekerja sama dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

"Museum Anak Bajang bisa menjadi tempat belajar mahasiswa yang memerdekan pikiran mereka, semacam laboratorium hidup," tegas Rhoma.

Baca juga: Gagas Smart Bandage, Mahasiswa Malaysia Raih Regional Champion 3M Inspire Challenge

Sehingga keberadaan Museum Anak Bajang bisa melestarikan tradisi multikultural yang ada di tengah masyarakat. Kebehinekaan adalah berkah kehidupan dan Museum Anak Bajang menjadi oase sebagai pengembangan intelektualitas dan pengetahuan. Serta bagi kesehatan jiwa dan mental.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com