Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

GSM Ajak Guru Seni Budaya Melawan Feodalisme Pendidikan

Kompas.com - 14/06/2021, 21:58 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) mengajak guru seni dan budaya melakukan perubahan paradigma pendidikan sehingga sekolah dapat menjadi tempat belajar menyenangkan bagi siswa.

Ajakan ini disampaikan Muhammad Nur Rizal, pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan dihadapan 80 guru SMK seni budaya dalam Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Vokasi Penggerak yang digelar Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni dan Budaya.

“Prodi seni dan budaya punya ruang yang lebih besar dibanding bidang sains, matematika dan bahasa dalam menerjemahkan Merdeka Belajar di kelas-kelas,” tegas pendiri GSM ini.

Rizal menilai, corak ilmu seni dan budaya yang secara fitrah membutuhkan kreativitas dan kebebasan berekspresi menjadi alasan utama sekolah SMK di bidang seni budaya ini menjadi pelopor bagaimana budaya feodalistik dihentikan pada sistem pendidikan, khususnya lingkungan SMK.

"Jangan sampai justru atmosfer memerdekakan diri sebagai fitrah pendidikan terbelenggu oleh tuntutan budaya administrasi pendidikan," ujarnya lagi.

Rizal menyampaikan, pihaknya hadir untuk mengingatkan dan mengembalikan fitrah akan karakteristik kemerdekaan dan kebebasan berekspresi dari bidang seni budaya agar mendominasi kultur pendidikan saat ini.

Hanya saja, meskipun ancaman output pendidikan yang stagnan sudah diketahui sejak lama, para peserta mengaku bahwa perubahan sulit dilakukan karena merasa terkekang kurikulum pendidikan dan beban administrasi.

Salah seorang guru SMK kriya kulit dari Surabaya sempat menyatakan dirinya skeptis mengejar ketertinggalan kurikulum siswa.

Sehingga, hal yang dapat ia lakukan hanyalah memberikan ruang kebebasan bagi siswa untuk menggunakan fasilitas-fasilitas sekolah mendukung keterampilan kewirausahaan di luar pemenuhan kurikulum.

Hasilnya, justru 3 orang muridnya dapat bergabung di industri kerajinan kulit Revolt.

Baca juga: Merdeka Belajar: Strategi Dunia Pendidikan Indonesia Merespons Perubahan

Nur Rizal mengapresiasi inisiatif guru SMK di Surabaya tersebut sebagai bagian dari implementasi menghilangkan budaya feodalistik.

"Terkadang, hanya dibutuhkan perubahan mindset dan perilaku guru untuk menerjemahkannya. Tidak perlu sampai pada perubahan kurikulum atau kebijakan yang lebih besar," ujar Rizal.

“Budaya feodalistik penting untuk dibongkar secara mendasar karena budaya itu justru membunuh kreatifitas dan kemandirian untuk beradaptasi terhadap perubahan. Padahal, dua kompetensi tersebut sangat dibutuhkan oleh tuntutan kompetensi di masa depan,” jelasnya.

Rizal mengatakan apa yang disampaikannya didukung data World Economic Forum yang mengungkap 36 persen dunia kerja dan industri akan didominasi pekerjaan yang membutuhkan kualifikasi dalam memecahkan persoalan kompleks.

"Sekitar 90 persen kompetensi yang harus disiapkan oleh generasi mendatang adalah penguasaan di aspek softskill dan karakter, bukan konten akademik," kata Rizal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com