Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog UNS: "Catcalling" Berbeda dengan Pujian

Kompas.com - 17/05/2021, 14:07 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Psikolog UNS, Berliana Widi Scarvanovi mengaku, catcalling dengan ucapan pujian tidak sama.

Catcalling merupakan suatu bentuk pelecehan yang termasuk ke dalam pelecehan seksual. Biasanya catcalling mendorong menciptakan energi yang negatif.

Baca juga: Guru Besar UNS: Pegawai KPK Penting Miliki Integritas

Sedangkan pujian, yakni energi yang disampaikan positif. Sehingga menciptakan suatu perasaan positif bagi pihak yang dipuji.

"Karena ada unsur seksual yang didorong kepada orang lain, itu menyebabkan adanya energi negatif. Jadi tidak bisa disamakan antara catcalling dengan pujian, karena energinya sudah beda sekali," kata dia melansir laman UNS, Senin (17/5/2021).

Dia menyebut, terdapat beragam bentuk perilaku catcalling yang marak dilakukan pihak tidak bertanggung jawab, antara lain:

  • Komentar bermuatan unsur seksual yang tidak diinginkan.
  • Isyarat provokatif, wolf-whistling.
  • Membunyikan klakson kendaraan.

Menurut dia, catcalling ini sering terjadi di tempat umum, seperti transportasi umum, jalan raya, dan pusat perbelanjaan.

Dia juga menyoroti faktor anonimitas menjadi salah satu faktor pendorong orang-orang melakukan perilaku catcalling.

Mereka dinilai semakin merasa bebas melakukan catcalling apabila semakin anonim.

Adapun faktor lain yang semakin "melanggengkan" perilaku catcalling, seperti tidak ada perlawanan oleh korban, adanya Bystander-effect, norma, dan deindividuasi.

Bagi Berliana, perilaku catcalling memang tidak menimbulkan dampak yang besar pada korban.

Baca juga: UNS Siap Fasilitasi Pelajar Afghanistan yang Ingin Kuliah

Namun, apabila seseorang menerima catcalling secara terus-menerus tentu akan menjadi potensi munculnya distress psikologis tertentu. Dampak buruk yang mungkin muncul berkenaan dengan citra diri dan kepercayaan diri.

"Dia jadi mempertanyakan tentang dirinya sendiri, merasa tidak percaya diri, atau berkaitan dengan citra dirinya yang menjadi buruk. Itu adalah dampak-dampak cukup parah ketika catcalling dengan frekuensi dan intensitas cukup tinggi," jelas dia.

Adapun hal-hal yang dapat dilakukan sebagai upaya preventif dalam mencegah munculnya perilaku catcalling pada seseorang.

Salah satunya adalah parenting yang baik oleh orangtua kepada anak.

Tidak hanya berfokus untuk anak perempuan saja, lanjut dia, tapi penting juga untuk anak laki-laki.

Adanya perilaku saling menghormati serta empati yang perlu dibentuk menjadi dasar yang baik sebagai upaya mudah dalam pencegahan.

"Memosisikan diri sebagai korban serta menyadari bahwa suatu hal yang normal belum tentu benar menjadi hal lain yang dapat dilakukan," sebut dia.

Anjuran bagi korban "catcalling"

Berliana menganjurkan beberapa hal yang bisa dilakukan bagi para korban perilaku catcalling.

Pertama, korban dapat stands up dengan menjelaskan catcalling bukan merupakan perilaku yang baik. Namun, hal itu perlu mengingat situasi yang sedang terjadi.

Situasi yang tidak mendukung untuk stands up akan berpotensi memunculkan perilaku yang lebih berbahaya oleh pelaku.

Baca juga: Dosen Unair: 2 Manfaat Makan Ikan Gabus

"Hal lain yang dapat dilakukan bagi korban catcalling adalah meminta pertolongan kepada orang lain atau tidak sendirian apabila berpergian," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com