Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog UGM: Larangan Mudik Efektif bila Dipatuhi Masyarakat

Kompas.com - 06/05/2021, 22:30 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah telah resmi memberlakukan kebijakan pelarangan mudik untuk semua warga masyarakat pada perayaan Idul Fitri 1422 H. Adapun tujuannya demi mengurangi penyebaran Covid-19.

Menurut Epidemiolog UGM Riris Andono Ahmad, jika semua orang patuh terhadap aturan pelarangan mudik lebaran, maka hasilnya akan efektif.

Baca juga: Profesor IPB: Ini Penyebab Keracunan dari Makanan Siap Saji

Karena, risiko penularan akan meningkan seiring peningkatan mobilitas.

"Jadi semakin mengurangi mobilitas, tentunya akan meningkatkan efektivitas dari aturan atau larangan itu. Hanya saja seberapa besar efektivitasnya sangat bergantung pada mobilitas penduduk," kata dia melansir laman UGM, Kamis (6/5/2021).

Dia menyebut, dengan atau tanpa melihat angka kenaikan penularan virus di beberapa negara, seperti India, Nepal atau Malaysia sudah seharusnya aturan semacam itu harus dilakukan.

Pasalnya, penularan di Indonesia sudah sangat meluas.

Apalagi Indonesia saat ini boleh dibilang sedang beruntung, karena jika melihat kurva epidemiknya di bulan Januari-Februari sempat tinggi dan sudah mengalami penurunan dari puncak.

Untuk itu, sudah saatnya kini secara bersama mempertahankan situasi yang membaik ini agar tidak naik kembali.

Baca juga: 4 Tips Seputar Penggunaan Kawat Gigi ala Pakar UGM

"Kalau kemudian kita lengah, ya peningkatan penularan akan terjadi lagi. Pastinya kita bisa berkaca apa yang terjadi di beberapa negara dan itu sebagai trigger, situasi bisa berubah dengan tiba-tiba," tutur dia.

Banyak faktor tingkatkan penyebaran Covid-19

Untuk kenaikan penularan sangat tinggi yang mungkin terjadi, kata Riris, bisa disebabkan banyak faktor.

Bisa karena strain baru virus, tetapi bisa juga disebabkan masyarakat sudah merasa kelelahan menghadapi pandemi ini.

Dia mengaku, semua faktor bisa saling berkombinasi meningkatkan angka penularan.

Bisa juga karena euforia ketersediaan vaksin, sehingga seperti di India diperbolehkan perayaan agama dan masyarakat abai terhadap protokol kesehatan.

"Bisa karena muncul strain virus baru, bisa juga karena kelelahan menghadapi pandemi, artinya tidak hanya satu penyebab, tetapi semuanya berkombinasi mungkin yang membedakan proporsinya yang berbeda-beda," jelas dia.

Dia menjelaskan jika pemerintah melakukan pembatasan-pembatasan pergerakan masyarakat saat ini sesungguhnya cukup bisa dimaklumi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com