Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi IPB Ungkap 30.000 Tanaman Bisa Dijadikan Bisnis Jamu

Kompas.com - 29/04/2021, 09:53 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Semenjak pandemi Covid 19 merebak di Indonesia, ada banyak pebisnis yang berkembang pesat. Misalnya, penjualan masker, order makanan secara online, dan produk herbal seperti jamu.

Khasiat alam yang diramu dengan baik menjadikan jamu sebagai obat tradisional yang masih diminati hingga hari ini.

Beberapa anak muda bahkan mengemas jamu dengan tampilan menarik yang mampu menambah daya jual jamu.

Padahal, dulu sedikit sekali anak muda tertarik mengonsumsi jamu. Kini, aneka jamu mulai dari beras kencur, kunyit asam, dan jamu lainnya menjadi pilihan anak muda di kala badan terasa letih dan penat.

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Minuman Penurun Gula Darah Berbasis Rempah

Dosen IPB University dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Tintin Sarianti mengatakan, potensi pasar untuk produk jamu harus mengacu pada data. Secara data, peminat jamu kemasan terbilang tinggi.

“Dengan adanya jamu kemasan, anak-anak hingga orang tua yang suka meminum jamu jadi tidak repot. Hal ini menjadikan bisnis jamu ini menjadi peluang usaha yang menguntungkan,” ujarnya dilansir dari laman resmi ditjen dikti.

Menurutnya, industri jamu di dalam negeri memiliki peluang untuk berkembang lebih jauh karena didukung ketersediaan bahan baku yang sangat melimpah.

Terdapat lebih dari 30.000 varietas yang tergolong tanaman obat dan berkhasiat yang dapat dimanfaatkan ke dalam berbagai formulasi dan varian produk jamu.

Seperti jahe merah, kunyit, temulawak, daun jati Belanda, brotowali, kelor, cabe jawa, daun wungu, dan lain-lain.

Kekayaan alam untuk mengolah jamu ternyata juga ditegaskan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu Dwi Ranny Pertiwi Zarman.

Baca juga: Cara Ampuh Usir Tikus di Rumah ala Ahli Tikus IPB

Ia mengatakan, ada 400 etnis di Indonesia yang memanfaatkan tanaman sebagai obat.

“Jadi kita di Indonesia ini ada lebih dari 400 etnis yang memanfaatkan tumbuhan sebagai obat. Dengan adanya trend back to nature dan pandemi, akhirnya banyak masyarakat yang sekarang peduli dengan kesehatannya dan juga lebih memilih meminum jamu dari tanaman herbal/obat,” terangnya.

Covid-19 memberikan dampak negatif dan positif terhadap industri jamu. Menurut Dwi, dampak positifnya adalah masyarakat banyak yang mulai minum jamu.

Sehingga, penjualan jamu meningkat khususnya jamu siap minum.

Di sisi lain, dampak negatifnya adalah banyaknya penjual jamu dadakan yang sebagian besar mengabaikan tata cara membuat jamu yang benar sehingga kualitasnya kurang baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com