Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar UGM: Tumbuhkan Regenerasi Petani dengan Cara Ini

Kompas.com - 05/03/2021, 21:00 WIB
Mahar Prastiwi,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meski dikenal sebagai negara agraris namun jumlah petani di Indonesia terus menurun. Kurangnya minat generasi muda menjadi petani salah satunya karena penghasilan petani dinilai tak cukup besar.

Di dunia pendidikan tinggi, program pendidikan pertanian pun saat ini bukan menjadi prodi favorit. Misalnya dalam SBMPTN 2020, peminat jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sebanyak 616 orang. Sedangkan daya tampung dalam SBMPTN 2021 hanya 39 kursi.

Sedangkan di jurusan Mikrobiologi Pertanian, peminat di SBMPTN 2020 sebanyak 125 orang. Daya tampung dalam SBMPTN 2021 sebanyak 13 kursi. Di jurusan Teknik Pertanian, peminat di SBMPTN 2020 sebanyak 367 orang dan daya tampung SBMPTN 2021 sebanyak 35 kursi.

Menurut Guru Besar Departemen Sosial Ekonomi Pertanian UGM, Prof. Sunarru Samsi Hariadi, Indonesia masih belum terlambat untuk melakukan regenerasi petani. Demi mempertahankan kemajuan pertanian dan mewujudkan impian pembangunan lumbung pangan dunia di tahun 2045.

“Untuk itu, penting melakukan penelusuran tentang persepsi pemuda tentang pertanian,” kata Sunarru seperti dikutip dari laman Kagama.co, Jumat (5/3/2021).

Sunarru menekankan, perlu diketahui faktor-faktor yang menyebabkan generasi muda tidak tertarik dengan pertanian. Serta sikap, minat dan motivasi para pemuda terhadap bidang pertanian.

Baca juga: Bantu Petani Garam, Mahasiswa ITS Gagas Inovasi SHASA

Melansir penelitian dari LIPI tahun 2019, menurunnya minat pemuda terhadap petani disebabkan karena generasi muda melihat adanya image negatif tentang pertanian.

Profesi petani dipandang tidak menguntungkan. Di sisi lain, pemuda desa saat ini juga lebih tertarik mencari pekerjaan di kota dan tidak kembali lagi ke desa.

"Krisis petani muda merupakan satu persoalan dari sekian banyak persoalan di sektor pertanian," tutur Sunarru.

Sunarru mengungkapkan, penting adanya integrasi yang sinergi antara pemerintah, kampus, maupun petani muda. Seluruh elemen perlu mengonstruksi paradigma baru tentang pertanian. Termasuk mengubah image petani yang sudah terlanjur melekat di kalangan generasi muda.

Beberapa image petani yang melekat di generasi muda seperti:

  • Petani identik dengan tenaga kerja yang sudah lanjut usia
  • Bekerja di alam terbuka dan kotor
  • Penghasilannya kurang

“Untuk itu, penting mengubah image petani. Bahwa profesi ini sebetulnya bisa membanggakan,” ungkap dosen yang ahli di bidang penyuluhan pertanian ini.

Sunarru menerangkan, ide-ide untuk membangun pertanian modern merupakan ide yang menunjang regenerasi petani ke depan. Misalnya dengan melakukan beberapa cara berikut ini:

1. Lakukan pertanian modern

Pertanian modern merupakan kegiatan bertani yang memanfaatkan teknologi atau inovasi di bidang pertanian. Mulai dari hulu hingga ke hilir, serta pengendalian hama dan penyakitnya.

2. Perbaiki proses manajemen

Pertanian merupakan proses manajemen, yang dimulai dari pratanam hingga pascapanen. Banyak pemuda bergerak di hilir yaitu, mengolah kemudian memasarkan. Namun saat produksi pertanian bisa melimpah. Tetapi kemudian harganya turun karena tak bisa dipasarkan dengan baik.

3. Petani adalah pengusaha atau manager

Dengan menerapkan nilai ini, pertanian juga dianggap sebagai bisnis.

Baca juga: Bantu Petani saat Corona, IPB Lakukan Program Belanja Sayur dari Rumah

4. Kegiatan penyuluhan pertanian

Penyuluhan pertanian sering kali fokus pada pengembangan inovasi budidaya pertanian. Tetapi, akan sangat baik apabila dikembangkan pula inovasi manajemen pemasaran.

5. Konsep pemuda penyuluh swadaya.

Pemuda-pemuda yang sudah bergerak di bidang pertanian, akan diarahkan untuk menjadi pemuda penyuluh kepada para pemuda desa. Mereka berperan sebagai pendamping dalam sektor pertanian. Ada penyuluh swadaya dan pemuda penyuluh swadaya.

“Menurut saya, cara ini akan mempengaruhi psikologis pemuda desa. Ketika pemuda diberi penyuluhan oleh pemuda juga yang berhasil dengan pertaniannya. Maka atensinya akan lebih tinggi dan percaya. Ketertarikan mereka bekerja di pertanian akan tumbuh,” tegas Sunnaru.

Baca juga: Dirjen Vokasi: Saatnya Ubah “Mindset” Petani Pekerja Jadi Petani Entrepreneur

6. Transfer pengalaman

Transfer pengalaman merupakan hal yang penting. Karena akan memberikan self efficacy atau semacam keyakinan diri akan berhasil. Kunci orang berwirausaha adalah yakin bisa meraih keberhasilan.

Jika kelompok-kelompok pemuda tani sudah terbentuk, mereka memiliki peluang bagus untuk membangun jaringan kerja sama dengan mudah.

Apalagi saat ini generasi muda sudah familiar dengan media sosial, marketplace, website, dan sebagainya, sehingga pemasaran akan lebih efektif. Dengan manajemen pemasaran yang bagus turut mencegah turunnya harga produk di saat produksi sedang banyak-banyaknya.

7. Maksimalkan keuntungan

Sebelumnya pertanian hanya berkutat pada kegiatan bercocok tanam atau yang disebut dengan prinsip peasant. Petani sudah selayaknya mengubah prinsip ‘meminimalkan risiko’ menjadi prinsip ‘memaksimalkan keuntungan’ (peasant menjadi farmer).

Baca juga: Petani Muda Indonesia Hanya 1 Persen, Pakar IPB: Peluang Usaha Tani Besar

Petani merupakan pengusaha yang berorientasi profit. Sehingga lebih aktif dan tidak hanya termotivasi untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja.

“Petani muda perlu diberi pendekatan yang persuasif atau semacam penyuluhan, yang bisa meyakinkan bahwa wajah pertanian masa depan adalah pertanian modern,” tegasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com