Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Mampu Beli HP, Rafika Harus Menumpang demi Bisa Belajar Online

Kompas.com - 23/09/2020, 20:45 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Keterbatasan ekonomi ditambah harga handphone yang selangit membuat orangtua Rafika tidak bisa membelikan handphone bagi Rafika. Harapan untuk bisa mengikuti pembelajaran secara daring dari rumah sendiri seperti kebanyakan anak-anak lain menjadi pupus.

Di rumah sahabatnya Pipit, Rafika tak mau menyia-nyiakan waktu, dia langsung mengeluarkan buku dan peralatan tulis dari tasnya. Sembari menunggu sahabatnya Pipit selesai belajar daring, Rafika mengulang kembali pelajaran membaca yang didapatinya di rumah.

Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Semua SMP di Kota Tegal Kembali Belajar Daring

Pipit selesai belajar daring, kini giliran Rafika memakai handphone milik ayah Pipit untuk belajar online yang dibimbing sang guru dari jauh.

Suatu ketika, Rafika tidak datang ke rumah Pipit untuk mengerjakan tugas dikarenakan beberapa halangan. Padahal orangtua Pipit dan orang tua Rafika sudah saling mengenal, mereka juga memiliki hubungan pertemanan, sehingga orangtua Pipit tidak merasa keberatan jika Rafika datang ke rumah Pipit setiap hari untuk belajar bersama.

Terkadang ada perasaan malu dari orangtua Rafika, ketika melihat anaknya yang sering menumpang belajar di rumah Pipit. Namun, apa mau dikata, orang tuanya tidak dapat berbuat banyak karena keterbatasan yang ada.

“Anaknya rajin dan sopan. Dulu pernah gak datang kesini, saya tanya ke ibunya. Katanya malu sering numpang belajar kesini. Saya bilang, gak apa-apa, saya senang, anak saya Pipit ada teman,” ungkap orangtua Pipit.

Digendong Ibu saat lelah

Rafika kini duduk di kelas 1 SDN 2 Merawang. Dirinya melakoni pergi-pulang ke rumah Pipit nyaris setiap hari, tak ada keluh kesah keluar dari mulut Rafika.

Rafika dan orangtuanya tinggal di sebuah rumah kecil yang terletak di jalan Jering, Desa Baturusa, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kondisi rumah keluarga Rafika sangat sederhana dan terbilang kurang layak untuk ditinggali. Mereka bertiga harus tinggal di rumah berukuran 6x6 meter dengan lantai dapur yang masih beralaskan tanah, serta jendela yang hanya ditutupi oleh tirai kain.

Mirisnya, rumah yang menjadi tempat berteduh dan tempat Rafika menghabiskan masa kecilnya ini tidak mempunyai WC serta jamban.

Keluarga Rafika sering kesusahan ketika ingin buang air besar apalagi disaat malam hari atau tengah malam. Ditambah pasokan air bersih ke rumah mereka tidak lancar, hanya mengharapkan dari kebaikan para tetangga yang iba dan mau memberikan air bersih.

Itupun hanya cukup dipakai untuk keperluan memasak. Tak jarang, keluarga kecil ini terpaksa harus mandi di kebun tempat sang ayah bekerja mengambil upah sebagai buruh tani.

Selain belajar secara daring (dalam jaringan), guru Rafika juga memberikan tugas melalui buku (luar jaringan), sehingga Rafika harus datang ke sekolah untuk mengambil tugas tersebut agar bisa dikerjakan.

Baca juga: Sekolah Negeri Ini Pinjamkan Gawai ke Siswa dan Beri Kuota untuk PJJ 

Rafika tidak sendiri, dia diantar oleh bapaknya ke sekolah menggunakan sepeda motor tua. Sesekali sang ibu mengantarkan Rafika ke sekolah dengan berjalan kaki, karena motor dipakai sang ayah mencari kepiting atau saat motor tiba-tiba mogok.

Ibu dan anak ini harus menempuh jalan sekitar satu kilometer ke sekolah dari rumah. Rafika bersama ibu sangat menikmati perjalanan ke sekolah, terkadang juga dia merasa lelah karena harus berjalan kaki cukup jauh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com