KOMPAS.com - Siswa masih merasakan kurangnya pemerataan kualitas dalam proses belajar online di masa pandemi Covid-19. Banyak siswa tidak memiliki smartphone dan kuota internet ketika hendak menjalankan proses belajar online.
Demikian disampaikan Founder dan CEO Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) Foundation, Veronica Colondam dalam acara webinar "Transformasi Guru di Era Industri 4.0", Rabu (23/9/2020).
Baca juga: Akhirnya, Donasi Smartphone dari Jurnalis Itu Sampai ke Papua...
"Iya ada ketidakadilan dalam akses internet dan alatnya (smartphone atau ponsel pintar) yang sedang terjadi oleh pelajar di pandemi Covid-19. Ini yang sedang kita hadapi juga, karena Covid-19 pelajar dari kita hilang 30 persen," ungkap Veronica.
Bayangkan, kata Veronica, dirinya menemukan salah satu kasus, ada satu keluarga yang memiliki smartphone hanya satu buah. Padahal, keluarga itu memiliki tiga anak yang semuanya sedang mengenyam dunia pendidikan.
"Itu keluarga yang punya smartphone cuma ibunya, karena untuk berdagang. Jadi itu smartphone digunakan bergantian untuk ketiga anaknya," jelas wanita yang akrab disapa Vero ini.
Dia menegaskan, keadaan itu memang sangat menakutkan, karena ada jurang pemisah antara yang mampu membeli smartphone dan kuota internet dengan yang tidak mampu.
"Jadi memang harus ada selalu Rp1 untuk kuota 1 gigabyte. Banyak masyarakat yang menginginkan itu. Karena banyak pelajar yang menggunakan internet untuk belajar, seperti webinar ini," jelas Vero.
Hal senada disampaikan Presiden Komisaris SEA Group Pandu Patria Sjahrir.Pandu melihat memang masih banyak pelajar yang tidak memperoleh konektivitas internet, sehingga mereka tertinggal pelajaran.
Maka dari itu, masalah ini harus diselesaikan dengan baik oleh semua pihak.
Untuk itu, bilang Pandu, peran guru harus bisa beradaptasi di era new normal ini. Agar, para murid yang susah dengan akses internet bisa merasakan pembelajaran dengan jarak jauh secara baik.
Baca juga: Belajar Online, Orangtua Diminta Lebih Sabar Dampingi Anak
"Memang Covid-19 buat kita deg-degan, sekolah pada tutup, takut sekali yang tidak punya internet, itu akan jadi perbedaan. Makanya guru harus bisa berevolusi di era new normal ini, agar bisa memberikan yang terbaik kepada pelajar, baik adik-adik kita maupun anak-anak kita," tukas dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.