Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Membingkai Keberagaman dalam Semangat Kampus Merdeka

Kompas.com - 20/09/2020, 16:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Dr Eko Harry Susanto, MSi

KOMPAS.com - Merdaka Belajar di Kampus Merdeka menjadi salah satu kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.

Proses pembelajaran yang inovatif dan tidak monoton diharapkan mampu mendukung kompetensi lulusan perguruan tinggi menjadi generasi unggul yang mampu bekerja dengan baik sesuai dengan semangat kebangsaan yang melekat.

Pada umumnya mahasiswa disatu fakultas, belajar mengenai apa yang tersirat dalam program studi studi tertentu. Mereka belajar tentang esensi dalam aspek teoritis maupun praktis melalui berbagai mata kuliah terkait.

Tentu saja capaian pembelajaran mata kuliah dan upaya untuk memperkaya kompetensi sebagai lulusan merujuk kepada disiplin ilmu bersangkutan.

Pembelajaran saling melengkapi

Kalaupun di suatu perguruan tinggi sudah menjalankan mata kuliah di luar bidang ilmu, biasanya sebatas pendukung meningkatkan wawasan dan keterampilan dalam cakupan sempit.

Misalnya, program studi (prodi) ilmu sosial dan humaniora menetapkan mata kuliah berbasis sains dan teknologi sebagai pelengkap untuk berpikir holistik dalam mempraktikkan ilmu dari bangku kuliah di pekerjaan.

Baca juga: Merdeka Belajar–Kampus Merdeka: Antara Peluang dan Tantangan

Memang tercapai variasi wawasan ilmiah yang menjadikan mahasiswa tidak berpikir monoton. Namun hanya dalam keterikatan akedemis yang bisa saja terlupakan sejalan bertumpuknya materi perkuliahan dipelajari.

Berbeda dengan Program Merdeka Belajar di Kampus Merdeka, khususnya pertukaran mata kuliah antarprodi dalam satu perguruan tinggi.

Mahasiswa diberi kebebasan mengambil 20 Satuan Kredit Semester (SKS) di luar prodi utama dari batas minimal 144 SKS yang wajib diselesaikan untuk Program Sarjana Strata Satu (S1).

Dengan pola semacam ini, mahasiswa diharapkan mampu beradaptasi dengan perubahan sosial, budaya, teknologi dan dunia kerja yang berkembang cepat sesuai tuntutan masyarakat.

Pengambilan mata kuliah di prodi lain yang masih dilingkungan perguruan tinggi yang sama merupakan proses pembelajaran saling melengkapi sebagai bekal keunggulan lulusan perguruan tinggi.

Mahasiswa dari rumpun ilmu eksakta yang mempelajari ilmu sosial diharapkan memiliki sensitivitas dan mampu memahami masalah yang muncul dalam hubungan antar manusia.

Demikian juga mahasiswa rumpun ilmu sosial memerlukan kompetensi tambahan bisa mengambil mata kuliah yang ada dalam rumpun ilmu eksakta. Harapannya, selain mampu bertindak humanis tetapi memiliki bekal pengetahuan untuk berpikir terukur, efektif dan lugas.

Kalaupun pengambilan mata kuliah itu masih sama dalam lingkup ilmu sosial, tetap memiliki manfaat karena memberikan wawasan yang lebih beragam sebagai bekal membentuk kompetensi tambahan bagi lulusan perguruan tinggi.

Keberagaman dalam ikatan institusi

Namun diluar manfaat akademis, ada interaksi antar mahasiswa dari prodi berbeda yang berjalan natural. Tanpa diikat oleh kepentingan organisasi ekstra kurikuler sebagaimana yang berkembang di kampus.

Relasi dalam bingkai kebersamaan dan suasana akademis yang sehat akan menguatkan semangat keberagaman dalam satu ikatan institusi perguruan tinggi.

Tidak dapat diabaikan, dalam satu perguruan tinggi terdapat bermacam – macam karakter mahasiswa yang dipengaruhi oleh simbol- simbol akademis maupun identitas institusional prodi.

Perilaku mahasiswa tidak lepas dari pola interaksi dan komunikasi dari sisi akademis maupun non akademis yang ada di prodi tempat mereka belajar.

Baca juga: Membangun Narasi Bersama Akselerasi Pemulihan Ekonomi lewat Kampus Merdeka

Dalam perspektif komunikasi organisasi, kekuatan institusi dan karakter pekerjaan membentuk pola komunikasi dan perilaku staf yang merepresentasikan kepentingan organisasi.

Dalam konteks kehidupan kampus, bisa saja mahasiswa memiliki karakter berpikir dan bertindak sesuai dengan keilmuannya.

Di sisi lain, keberagaman karakter prodi juga dapat dilihat dari aspek gender, status sosial – ekonomi, aspek geografis asal mahasiswa bahkan etnisitas.

Sebab, perguruan tinggi tidak membeda - bedakan dan memberikan kesempatan sama kepada seluruh lapisan masyarakat yang berminat belajar.

Karena itu, sangat mungkin dalam satu prodi didominasi oleh mahasiswa laki-laki, tetapi di prodi lain diwarnai mayoritas perempuan. Termasuk kecenderungan suatu podi tertentu diisi sebagaian besar mahasiswa dari daerah tertentu juga.

Kondisi ini menggambarkan keberagaman kampus dan harus dikelola dengan baik agar tidak terjadi konflik antar kelompok mahasiswa.

Menyemai semangat kebhinekaan

Dengan memahami eksisitensi mahasiswa dalam diferensiasi keilmuan, maka kegiatan pembelajaran di prodi lain pada perguruan tinggi yang sama sebagaimana dalam Merdeka Belajar, merupakan upaya untuk membangun nilai –nilai keberagaman dalam kampus.

Mereka akan larut dalam interaksi keberagaman yang berlandaskan kepentingan ilmu pengetahuan. Bukan kepentingan kelompok atau persaingan tidak sehat yang lepas dari urusan prestasi akademis.

Harmonisasi interaksi dan komunikasi antar mereka yang berbeda prodi akan menghilangkan konflik antar kelompok mahasiswa yang kerap muncul di satu perguruan tinggi.

Dalam kehidupan kampus yang menjunjung tinggi moralitas akademis, keberadaban dalam interaksi sosial, akan menumbuhkan keeratan hubungan. Tumbuh pula pemahaman makna bersama perlunya hidup berdampingan dalam satu kampus yang damai.

Baca juga: Kampus Merdeka dan Mewaspadai Sisi Gelap Kewirausahaan

Proses pembelajaran yang berjalan dalam suasana keberagaman akan menyemai benih toleransi sebagai landasan keberagamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jika kebhinekaan dapat berkembang melalui program pembelajaran antar prodi dalam perguruan tinggi yang sama, maka program lain, seperti pertukaran pembelajaran antar perguruan tinggi berbeda tentu memiliki peluang menyemai bibit keberagaman yang lebih luas dan bermanfaat bagi kemajemukan pendidikan di Indonesia.

Dr Eko Harry Susanto, MSi
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi, Ketua Lembaga Pembelajaran Universitas Tarumanagara Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com