Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena Hal-hal Ini, Guru SWA Tangerang Raih Yale Educators Award 2020

Kompas.com - 15/09/2020, 11:47 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Semua orang pasti sudah paham siapa itu pahlawan tanpa tanda jasa. Dia adalah guru. Guru selain sebagai pendidik, juga dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Tetapi karena jasa-jasa guru, seorang murid bisa menjadi hebat. Atau orang hebat itu tak lepas peran dari guru yang memberikan ilmu dan pengetahuannya.

Seperti guru yang satu ini. Stanislav Sousek, guru dari sekolah Sinarmas World Academy (SWA) Tangerang Selatan ini memenangkan Yale Educators Award 2020, dan menjadikannya sebagai satu-satunya pemenang dari Indonesia.

Baca juga: Info Disdik DKI: Siswa, Pahami Maksud Rem Darurat Saat PSBB Lagi

Dari rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (15/9/2020), dijelaskan bahwa ajang Yale Educators Award merupakan penghargaan kepada para pendidik berprestasi dari seluruh dunia. Pendidik itu tentu telah berhasil mendukung dan menginspirasi siswanya untuk pencapaian tinggi.

Mahasiswa Yale adalah murid SWA

Para mahasiswa Yale diundang untuk menominasikan pendidik sekolah menengah yang mereka anggap inspiratif dan mengubah hidup mereka secara positif.

Dari 317 nominasi tahun ini, hanya 57 guru dan 24 konselor yang terpilih. Dari jumlah itu, hanya 3 diantaranya berasal dari Asia, termasuk salah satunya Stanislav dari Indonesia.

Tapi, bagaimana Stanislav bisa menang penghargaan itu? Ternyata, Stanislav menang karena salah satu mahasiswa Yale yang tak lain adalah anak didiknya sewaktu di SWA.

Dia adalah Vijjasena Sugiono, lulusan sekolah Sinarmas World Academy (SWA), dan penerima beasiswa dari Yale University.

Hal-hal yang dilakukan Stanislav

Stanislav merupakan konselor universitas atau university guidance counselor (UGC) di SWA yang membimbing siswa-siswi sekolah menengah mempersiapkan diri menuju sekolah tinggi.

Siswa SWA diajak berpikir tentang tujuan mereka belajar, serta dampak positif apa yang ingin mereka berikan kepada dunia.

Bibit pemikiran inilah yang ditanamkan, dan dipupuk hingga akhirnya murid dapat menentukan tujuan mereka, dan melakukan persiapan yang matang dalam menentukan sekolah tinggi.

Vijjasena merasa bersyukur saat sekolah di SWA, Ia mendapatkan bimbingan dan dukungan yang luar biasa dari UGC SWA, Stanislav.

"Dia (Stanislav), dengan tulus dan semangat mendukung saya dalam proses persiapan sekolah tinggi. Dukungan dan bimbingan yang diberikan jauh lebih besar dari yang sebenarnya diwajibkan," ujar Vijjasena.

Tak hanya itu saja, Vijjasena juga merasa dengan bantuan dan bimbingan Stanislav, maka Vijjasena bisa kuliah di Yale University.

"Bahkan Stanislav selalu siap membantu saya di saat-saat istirahat makan siang maupun hari libur," kata Vijjasena.

Namun, Vijjasena juga tetap merasa bahwa semua guru di SWA juga berperan besar dalam perjalanannya menyelesaikan studi sekolah menengahnya di SWA.

Baca juga: Mahasiswa Baru, Lakukan Ini agar Percaya Diri Saat Kuliah

Selain keahlian dan kepintaran para guru, yang sangat dirasakan berbeda adalah kepedulian dan perhatian mereka dalam memaksimalkan perkembangan dirinya.

Standar dan kultur SWA

Menurut General Manager SWA, Deddy Djaja Ria, dedikasi, kualitas bimbingan, dan kepedulian Stanislav terhadap anak didiknya merupakan contoh dari standar dan kultur yang dimiliki SWA.

"Sungguh kami bangga dengan para pendidik SWA yang bukan hanya kaya ilmu pengetahuan, tapi juga selalu berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi para siswa-siswinya," jelas Deddy.

Namun bagi Stanislav, kemenangan ini merupakan apresiasi Vijjasena terhadap dirinya. Bahkan Stanislav juga menjadikan ini sebagai suatu kehormatan untuk dinominasikan oleh Vijjasena.

Ini karena Vijjasena perlu meluangkan waktu untuk menominasikan dan menyiapkan essay agar dapat dipertimbangkan oleh komite penghargaan Yale, di mana hal ini sangat berarti, dan lebih dari penghargaan itu sendiri.

"Sebagai seorang pendidik, selalu menyenangkan mengetahui kita membuat perbedaan yang memberikan efek positif bagi anak didik kita," jelas Stanislav.

Guru yang luar biasa

Sedangkan pandangan dari ibunda Vijjasena, Selina Rachmat mengatakan bahwa Stanislav dan guru lain di SWA adalah guru yang luar biasa.

Menurut Selina, guru di SWA itu dapat:

  1. Membuka wawasan anak.
  2. Menyederhanakan konsep rumit untuk mampu diterima di tingkat pandangan anak.
  3. Konsep itu lalu diaplikasikan dalam kehidupan nyata hingga suatu konsep secara mendalam dipahami, bukan sekedar dihafal.
  4. Anak diasah dalam berpikir dan menganalisa.
  5. Anak juga diajak berpikir secara dewasa dengan mengajarkan konsekuensi dari keputusan yang mereka ambil.

Baca juga: Binus Buka Program RPL bagi Pekerja, Lulus Kuliah Lebih Cepat!

"Terlihat sekali tidak hanya ilmu pendidikan yang diterapkan oleh para guru, melainkan juga kepekaan hati untuk memberi yang terbaik," tandas Selina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com