Oleh: Udji Kayang | Penerbit KPG
KOMPAS.com - Pada mulanya adalah skripsi dengan judul "Pola Pemerasan dalam Kepelacuran Lesbian di Wilayah Jakarta Pusat", 1987–1989, penanda kelulusan Maman Suherman dari Jurusan Kriminologi, Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 30 tahun silam.
Pada April 2014, naskah skripsi itu diterbitkan oleh POP, lini penerbit Kepustakaan Populer Gramedia. Uniknya, naskah skripsi Maman bukan terbit sebagai buku nonfiksi akademis nan ilmiah, melainkan novel.
Mengapa novel? "Terlalu perih," tulis Maman, "penerbit bukuku tak menyetujui. Kisah nyata itu diminta diolah menjadi fiksi."
Realitas prostitusi lesbian yang diteliti Maman dirasa mengerikan. Selain itu, skripsi adalah kumpulan data, dan prostitusi lesbian adalah isu kemanusiaan yang akan lebih baik bila disampaikan dengan cara lain: melalui cerita.
Baca juga: Hardiknas, Pandemi Corona, dan Belajar dari Pendidikan Finlandia
Maka, lahirlah "Re:", novel yang bagi Maman adalah penunaian amanah dari Re:. "Tulis apa adanya, kabarkan tentangku dan tentang duniaku. Agar tak ada lagi kaum ibu yang bernasib sepertiku.”
Dua tahun kemudian, "peREmpuan" (2016) terbit sebagai kelanjutan "Re:". Dua novel itu dibaca banyak orang, salah satunya Hayuning Sumbadra, seorang fashion designer yang peka terhadap isu perempuan, anak, dan kesetaraan gender.
Maman menulis, “Setelah kepergianmu/ tiga dasawarsa/ aku bertemu/ Hayuning Sumbadra.// Seusia denganmu/ tak henti teteskan air mata/ saat cerita tentangmu/ tuntas dia baca.”
Maman kemudian mengajak Adra, sapaan Hayuning Sumbadra, menapak tilas ruang-ruang yang Re: singgahi berpuluh tahun silam.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.