KOMPAS.com - Mengapa selama kita menghadapi pandemi corona belakangan ini kabar burung dan hoaks mudah memicu kepanikan? Apa pula yang menyebabkan seseorang mudah terhasut berita bohong?
Berbagai penjelasan dikemukakan untuk menjawab hal itu. Satu di antaranya dikemukakan oleh Daniel Kahneman dalam buku Thinking, Fast and Slow (Gramedia Pustaka Utama, 2013).
Daniel Kahneman adalah orang non-ekonom pertama yang meraih Hadiah Nobel bidang ekonomi pada 2002 berkat penelitiannya tentang teori ekonomi perilaku yang dirumuskan bersama sahabat karibnya, Amor Tversky. Keduanya adalah psikolog.
Pandangan ini mengemuka dalam pertemuan kedua Science Underground pada Jumat, 13 Maret 2020.
Science Underground merupakan forum diskusi sains diselenggarakan Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Gramedia Pustaka Utama (GPU), dan Teater Utan Kayu sejak 2019.
Baca juga: Strategi Pemerintah dan Masyarakat Jepang Redam Perluasan Wabah Corona
Menurut Kahneman, kepanikan bisa terjadi karena manusia punya dua sistem pendorong cara kita berpikir.
Sistem satu, bersifat cepat, intuitif, dan emosional, sedangkan sistem dua lebih pelan, lebih bertujuan, dan lebih logis.
Andhyta Firselly Utami atau akrab disapa Afutami, ekonom lingkungan, menganalogikan sistem satu dan dua Kahneman dengan dua model kamera: mode otomatis dan mode manual.
Mode otomatis mampu menangkap gambar dengan cepat, sedangkan mode manual butuh upaya yang lebih lambat untuk menangkap hasil yang diinginkan.
"Faktanya, 95 persen waktu kita menggunakan sistem satu, dan hanya 5 persen digunakan untuk memakai sistem dua,” ujar Afutami.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.