Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dosen Psikologi UII: Jangan Mudah Berasumsi

KOMPAS.com - Seringkali, kita mudah menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Padahal, apa yang baru kita lihat belum tentu menggambarkan utuh diri seseorang.

Ketika teman melakukan kesalahan atau tindakan yang kita rasa di luar dugaan, sebaiknya tidak buru-buru menghakimi. Setiap orang punya alasan versi dirinya masing-masing.

Melansir akun Instagram Universitas Islam Indonesia (UII), Dosen Psikologi FPSB UII Latifatul Laili, S.Psi., M.Psi., Psi., memberikan penjelasan.

Biasanya, orang mudah menilai orang lain. Atau 0,1 persen hal yang diketahui saja. Sedangkan 99,9 persen adalah hal yang tidak diketahui.

Kenapa yang ini bisa terjadi? Seseorang terjebak dalam sikap mudah menilai itu karena:

Otak manusia secara otomatis membuat asumsi setelah melihat perilaku orang lain untuk memahami dengan cepat alasan di balik perilaku tersebut.

"Padahal, kita tidak bisa merasakan jika belum mengalaminya," ujarnya dikutip dari akun Instagram UII, Jumat (22/10/2021).

Untuk itulah Latifatul Laili memberikan saran agar kita belajar memahami, bukan berasumsi. Maka:

1. Ketahui dampak buruk

Ketahui dampak buruk dari cepat menilai orang lain seperti sulit menjalin pertemanan.

2. Proses natural otak

Menyadari itu merupakan proses natural otak manusia dan apa yang kita pikirkan tentang orang lain tidak selalu benar.

3. Tumbuhkan empati

Kita harus bisa melihat dari berbagai sisi karena dapat menumbuhkan rasa empati.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/10/24/124319671/dosen-psikologi-uii-jangan-mudah-berasumsi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke