Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengukur Performa "Entrepreneurial University"

Oleh: Dr. Ima Mayasari, SH, MH | Staf Khusus Rektor UI Bidang Regulasi, Dosen FIA UI, Praktisi Hukum

KOMPAS.com - Transformasi universitas dari traditional mission university ke entrepreneurial university ditandai dengan keterhubungan antara pendidikan, penelitian dengan inovasi dan kewirausahaan.

Struktur integral yang menghubungkannya, bertujuan menanamkan budaya inovasi dan kewirausahaan dalam pendidikan dan penelitian. Evolusi ini tidak lepas dari tantangan dan peluang.

Apa saja yang menjadi tantangan dan peluang?

Kita dapat mencermati bersama dengan melakukan benchmark dan melihat kepada international-based practice pada universitas yang memang memiliki peringkat top dunia sebagai entrepreneurial university.

Stanford University memiliki peringkat teratas sebagai the World’s Most Innovative Universities tahun 2021 selama tujuh tahun berturut-turut.

Reuters mengidentifikasi dan memberikan peringkat pada universitas yang paling banyak memajukan sains, menemukan teknologi baru, dan menggerakkan pasar serta industri baru.

Stanford berada di jantung California’s Silicon Valley, telah mendirikan perusahaan teknologi paling terkenal di dunia seperti Google dan Intel.

Dari tahun ke tahun, Stanford memegang posisi teratas karena menghasilkan inovasi yang disitasi oleh peneliti lain di dunia dan industri. Dalam hal ini, Reuters mendasarkan pada data dan analisis terkait pengajuan paten dan research paper citations dalam pemeringkatan.

Reuters mencatat, paten diajukan Stanford antara 2012 sampai 2017 berjumlah 728 paten dengan tingkat keberhasilan patent granted sebesar 40,8 persen dan skor komersialisasi paten sebesar 75,2.

Angka ini diperoleh berdasarkan indikator bagaimana paten yang berasal dari Universitas berpengaruh terhadap kegiatan komersialisasi R&D yang diukur dengan basis scientific publications yang dikutip dalam pengajuan paten.

Selain Stanford, posisi nomor 2 diraih oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT), paten yang diajukan oleh MIT antara 2012 sampai 2017 berjumlah 1.614 paten dengan tingkat keberhasilan patent granted sebesar 44,8 persen dan skor komersialisasi paten sebesar 169,2.

Perusahaan besar yang didirikan MIT dan alumni nya termasuk Bose, Dropbox dan iRobot, dan sebuah studi yang dilakukan MIT menunjukkan 30.000 perusahaan tersebut aktif pada tahun 2014, mempekerjakan 4,6 juta orang dan menghasilkan pendapatan tahunan USD 1,9 triliun (Reuters, 2019).

Sejak didirikan MIT dirancang untuk menekankan pada pendidikan praktis yang dielaborasikan ke dalam kurikulum dan program kewirausahaan, dengan menawarkan kursus di bidang kewirausahaan.

Kata kunci komersialisasi R&D kepada Industri memerlukan kebijakan terkait Manajemen Kekayaan Intelektual (IP Management) yang efektif dan adanya Technology Transfer Office (TTO) dan/atau Technology Licensing Offlice (TLO).

Kebijakan terkait dengan IP menyediakan ekosistem yang mendukung industri dan inventor/peneliti untuk dapat mengakses berbagai pengetahuan, teknologi, dan IP.

Hal ini penting, karena kita melihat metodologi Reuters dalam menetapkan universitas paling inovatif dengan indikator patent volume, patent success, global patents, patent citations, patent citation impact, percent of patents cited, patent to article citation impact, industry article citation impact, percent of industry collaborative articles, total web of science core collection papers.

Semua indikator terkait dengan paten dan komersialisasi yang menjadi penentu peringkat universitas (Reuters, 2019).

Beberapa kebijakan di Stanford dilakukan melalui Research Policy Handbook terkait IP, Conflict of Commitment and Interest; Inventions, Patents, and Licensing; Copyright Policy; Administration of Copyright Policy; Tangible Research Property; Other IP: Trademarks, Patents, and Propietary Information, dan Relationship Between Students and Outside Entities.

Kekuatan inovasi mereka juga menjadikan sandbox policy mengakselerasi invensi baru dalam bangunan kotak regulatory sandbox, di mana Inggris melalui FCA menerapkan kebijakan ini khususnya terhadap inovasi terkait fintech.

Semua hal ini tentunya diperkuat oleh Governansi Universitas dan Organisasi.

Dalam menjalankan Governansinya, pertama, Stanford memiliki organisasi yang terdiri atas: Founding of the University, Board of Trustees, Presiden, Rektor dan University Cabinet.

Board of Trustees menjaga dana abadi dan semua properti Standford, mengelola dana yang diinvestasikan, menetapkan anggaran tahunan dan menetapkan kebijakan umum operasional dan pengawasan terhadap Standford.

Board of Trustees (Majelis Wali Amanat) memiliki kekuasaan mengangkat seorang Presiden, mendelegasikan wewenang luas kepada Presiden untuk mengoperasikan universitas.

Kedua, dalam membangun Academic Governance, Stanford memiliki Academic Council, Advisory Board of the Academic Council, Senate of the Academic Council, Chair and Steering Committee of the Senate, Committee on Committees (of the Senate), Planning and Policy Board (of the Senate), Committees of the Academic Council, Departmental Professoriate.

Kita melihat penekanan peran profesor dalam membangun Governansi Akademik di Stanford cukup penting.

Ketiga, Akademik dan Hubungan Bisnis dengan Pihak Ketiga, dimana Stanford membuat “Guide Memo” yang memberikan panduan kepada pejabat Universitas dalam mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga.

Sementara itu, MIT memiliki tujuan bersama untuk membuat dunia yang lebih baik melalui pendidikan, penelitian dan inovasi.

MIT berusaha membangun hubungan yang baik, elit tetapi tidak elitis, inventif, dan artistik.

Lalu terkait patentabilitas, profesor memiliki peran penting dalam menghasilkan invensi dan membangun kolaborasi triple helix.

Di sisi lain, pendanaan yang diperoleh dari perusahaan, pemerintah dan organisasi lain sebagai sponsor penelitian yang menghasilkan invensi serta inventor itu sendiri memegang peran penting dalam mewujudkan MIT sebagai entrepreneurial university dan memiliki peringkat kedua universitas dengan inovasi terbaik dunia.

ITB pun melihat benchmark pada SKOLTECH entrepreneurial university yang dimiliki MIT juga “A Guiding Framework for Entrepreneurial University” dari OECD yang digunakan sebagai dokumen referensi, di mana di tahun 2014 ITB telah mengikrarkan diri untuk menjadi entrepreneurial university.

Dengan benchmark dan international-based practice di Stanford dan MIT tersebut di atas, terlihat bahwa pentingnya pengelolaan riset dan inovasi yang bertumpu pada IP Management dan kolaborasi triple helix dalam tata kelola entrepreneurial university.

Paten yang dihasilkan universitas, patent granted, dan komersialisasi paten memberikan impact dalam perangkingan universitas di tataran internasional, sekaligus menentukan peringkat Indonesia dalam Global Innovation Index dan Ease of Doing Business (EODB).

Bagaimana UI dengan berpijak pada Statuta UI dapat melakukan transformasi tata kelola menuju entrepreneurial university? 

https://www.kompas.com/edu/read/2021/08/22/203603471/mengukur-performa-entrepreneurial-university

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke